Selasa, 02 Agustus 2016

Layar Sentuh


Thuruq Manhajiyah

90 TAHUN GONTOR BERSAMA GRAND SYEIKH

Entah Ku Tak Tahu

Entah ku tak tahu
Ku tak tahu siapa yang menanam benih
Yang sedang tumbuh subur dipekarangan rumah perjuangan anak kecil itu.

Diaspora Indonesia, Sejarah Menagih Janji


Berbicara tentang diaspora, berarti bukan hanya berbicara tentang seseorang yang berimigrasi jauh keluar negeri, tetapi lebih dari sosok nasionalis berbudi  tinggi, sumber dari segudang potensi, pelopor kesejahteraan, pribadi yang kaya dengan ide, ilmu pengetahuan, wawasan, jaringan  serta harapan untuk sebuah pembangunan masa depan; menjadi landasan yang kokoh untuk Indonesia yang sedang dilanda sinisme. Di era global saat ini, diaspora adalah sebuah fenomena biasa, namun menyimpan potensi yang luar biasa. Prestasinya lengkap dengan kesuksesan, ilmu dan pengetahuan tak perlu dipertanyakan, peranannya dibidang ekonomi, politik, budaya dan  sosial sangat menjanjikan.

TAHU MAJRUR


"... hingga takbir dan ikrar mereka yang kosong bagai perut bedug ...[i]

K.H. Mustofa Bisri

Alkisah, di pagi subuh Mukhlis beranjak menuju masjid, namun sementara langkah kaki memburu waktu, ia terhenti oleh salah seorang guru sepuh, terjadilah perbincangan antara keduanya. Sang guru bertanya: “Mengapa tahu itu enak ?”, Mukhlis terdiam. “Karena tahu marfu’. Apa jadinya kalau tahu itu majrur ?”, kata sang guru disusul tawa kemenagan atas terdiamnya Mukhlis. Dikenal sebagai santri terpandai dalam pelajaran Nahwu Mukhlis bertanya-tanya dalam dirinya sendiri tentang tahu dan majrur dan keabasahan relasi antara keduanya.

Dalam fikiran Mukhlis  ...

Tahu sebagai isim, maka tahu adalah tahu merupakan isim ‘alam dan juga merupakan isim ‘ajam. Maka tahu termasuk jenis isim yang tidak menerima tanwin, dan kalau memang begitu meskipun tahu termasuk isim mu’rob, akan tetapi tidak mungkin tahu berharakat akhir kasrah, sebab ia majrur dengan fathah.

Tahu sebagai fi’il, jika memang tahu yang dimaksud sang guru adalah fi’il maka tak mungkin adanya tahu majrur, karena majrur hanya ada untuk isim. Hal ini membingungkan Mukhlis sampai ia tertidur.

Dalam mimpinya . . .

Mukhlis bertemu seseorang yang memberi jawaban atas kebingungannya.

Seperti inilah realita yang terjadi di kalangan yang sibuk dirinya, fikirannya, darahnya, imannya dalam hal yang ia sebut sebagai ilmu. Segenap pengetahuan yang didapat hanya terhenti pada substansi ilmu itu sendiri. Tanpa mampu menemukan jalan yang lebih dari ranah sunstantif.

Dikarenakan tinggi dan luasnya pengetahuan yang diagung-agungkan, sehingga yang ada dihadapan pun menjadi kabur wujudnya, layaknya seorang bocah dengan peta harta karun yang berada di kerumunan raksasa dan peti harta karunnya terkalung di leher salah satu raksasa, sebegitu yakinnya dengan petanya sampai ia melupakan bahwa setiap raksasa tidak diam di tempatnya.

Dengan mengesampingkan apa itu kualitas dan apa itu kuantitas maka dipilihlah kedua-duanya untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang bermutu. Demi memperoleh kebenaran darinya. Dan tanpa menyadari bahwa seorang bayi yang telah lebih dahulu berada di sisi-Nya tanpa harus melalui jalan pengetahuan dan tahu apa itu kebenaran.

Di sinilah perlu adanya pos-pos istirahat di sepanjang jalur pengetahuan dalam perjalanan mudik menuju kampung yang abadi. Untuk melihat kesesuaian antara apa yang diketahui (yang tercantum dalam lembaran-lembaran buku dan kitab) dengan realita, ataupun hanya untuk sekedar membasuh muka dengan seciduk air pembersih hati dalam rangkaian zikir, wirid dan sholawat agar suci dari debu dan asap dengki, hasud, dan takabbur.

Lebih dari sekedar berhenti beristirahat, maka berhenti untuk membuka mata hati memperluas sudut pandang hingga tidak menjadi seperti katak dalam tempurung kaca yang sudah berkeliling dunia. Mampu bercerita kepada kawan-kawannya di kampung halaman tentang semua negeri yang ia kunjungi dan apa yang ia ketahui. Namun ia lupa bahwa area gerak tubuhnya hanya sebatas tempurung. Padahal jika saja tempurung yang mengurung dipecahkan, mungkin ia tak akan menceritakan apa saja yang ia tahu.

Maka tahu majrur hanyalah sebuah guyonan yang tidak membutuhkan penalaran logistik maupun linguistik.

Subuh esok harinya . . .

Subuh kali ini Mukhlis ganti menghampiri sang guru untuk mengungkapkan apa yang terbesit dalam fikirannya. Sang guru lalu menunjuk perut dan kepala Mukhlis. “jangan isi yang di bawah terus, yang keluar dari sini hanya majrur (lawan dari irtifa’; diangkat/mulia), kosongkan sesekali biar yang di atas nggak kosong meski nampaknya berisi. “ kata sang guru sebelum sempat Mukhlis angkat bicara.[ii]





[i] Sama halnya dengan ilmu yang bisa menjadi begitu kering dan kosong
[ii] Mukhlis hanyalah seorang santri di persntren kecil di pelosok desa, maka bagaimana menurutmu dengan mahasiswa lintas kota, negara bahkan benua ?

ILMU DAN SAFAR


Sejarah telah mencatat bahwa “Hijrah” memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan Islam. Penolakan terhadap Islam yang nyata dari bani Quraisy terutama kalangan keluarga sendiri disertai berbagai cerca-makian serta penyiksaan, membuat langkah dakwah begitu berat. Hijrahnya menuju Madinah merupakan momentum perubahan yang gemilang. Jika sebelumnya, Islam adalah seruan kepada keesaan, maka di Madinah, Islam menjelma menjadi peradaban yang maju, terdepan dan bertauhid.

Siapakah Aku? Kupu-kupu, Kura-kura, Katak, atau Gajah?


Hidup memang ‘pilihan’, berada di jalan Allah adalah pilihan terbaik. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang akan membawa kita pada tujuan penciptaan makhluk, makhluk yang berakal. Orang yang berilmu bukan hanya bisa membedakan hak dan batil, karna memilih dan menempati sisi yang hak belum menjadi bagian dari membedakannya. Kitapun tergolong bukan hanya ‘sekedar’ penuntut ilmu, jarak dan waktu sangat memahami itu. Kita adalah seorang pejuang Allah SWT yang akan menciptakan pejuang lain.  

Nyatanya dunia membuat kita dapat mencerna bukan hanya dengan teropong pengalaman namun juga pengamalan. Sebagai generasi muda muslim dengan hasrat jihad pada diri yang masih sangat hijau, penuntut ilmu tak hanya tergolong dalam satu macam saja. Kupu-kupu, kura-kura, katak, dan gajah adalah segelintir objek yang kita temukan. Ini bukan suatu hasil resolusi ‘saya’ sebagai member baru masisir, tepatnya ini adalah gambaran akan proses resolusi itu.

Golongan pertama, ‘Kupu-kupu maksud disini (kuliah–pulang), dimana mahasiswa tersebut hanya mengenal buku mata kuliah, kampus, kelas, dosen, rumah, dan jalan menuju kampus. Hakikat ilmu baginya hanya ada dalam selembar sertifikat yangmana ia rasa adalah kunci masa depan.

Lain halnya dengan si ‘Kura-kura’ sebutan bagi mahasiswa yangmana mengedepankan organisasi, (Kuliah-Rapat). Bukan hal baru bagi masisir akan si kura-kura ini. Sebagai generasi muda dengan segudang ide dan pemikiran, pergerakan organisasi sangat lebat berkembang di dunia masisir ini, PPMI Mesir pun kerap mendapat julukan PPI teraktif sedunia. Tak sedikit jumlah komunitas si ‘Kura-kura’ ini, habitatnyapun meluas di district 10 kota ini, entah dalam hal keilmuan, masyarakat, kekeluargaan, keputrian, olahraga, dan lain sebagainya.

Tak tertinggal, sang ‘Katak dan Gajah’ (kuliah-talaqqi) dan (ngaji-sajah). Salah satu hal unik dalam bidang keilmuan yang tak akan ditemukan di negara lain, hanya di negri kinanah ini. Syurga para pecinta ilmu, ilmu akhirat dan dunia. Karena barangsiapa yang menguasai ilmu akhirat maka ilmu dunia kan jadi miliknya. Talaqqiers itulah title khas bagi para personil grup ini. Mahasiswa yang hari-harinya penuh dengan jadwal yang membawa langkah kakinya keluar masuk dari satu madhyafah ke madhyafah lain, satu masjid ke masjid lain, ruwaq dan sahah pun telah terbiasa menyambut kedatangannya. 

Secara tak sadar pasti kita mencari nasab diri kita akan golongan-golongan tersebut. Harus kita tahu terlebih dahulu hal essensial didalamnya, yaitu misi adanya kita di negri para nabi ini. ‘’KE MESIR APA YANG KITA CARI?’’ Karena jalan sangat bersahabat dengan tujuan. Mengenali pohon-pohon hakikat kehidupan beserta akarnya membuat kita menemukan jati diri guna menampakkan diri sebagaimana ilmu yang kita miliki.   

Harta karun bangsa, kader pemimpin umat dengan jiwa untuk memperbaiki di jalan Allah SWT adalah hak umat atas kita. Masisir yang dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat, dan ia tidak akan terjun dengan tangan kosong. Bekal dapat ia temukan di meja kuliah, lapangan hijau organisasi, karpet para masyayikh dan segala yang ada di sudut mata kita saat ini. Tak perlu berat kita menganalisa atau memprediksi bak ramalan cuaca, apa yang akan terjadi beberapa tahun yang akan datang saat kita kembali ke tanah air, akan banyak tuntutan yang kan jadi pikulan beban, karena kita termasuk subjek dari perubahan di era globalisasi itu.

Tentu akal kita kilat berdalih, bahwa ini bukanlah hal yang membuat telinga, mata, hati, akal, dan jiwa para penuntut ilmu duduk manis pada posisinya. Sungguh tak mudah. Singkat kesimpulanpun akan membawa kita berpikir balance akan semua golongan tersebut. Lalu bagaimanakah mencapainya? Mebuka akal dan mata agar setiap apa yang ada disekitar kita menjadi ilmu, hingga ilmu itu kan jadi bekal untuk  berkecimpung di ranah global sebagai generasi muslim yang berkualitas baik dalam bidang moral, maupun keilmuan. Bismillah.

هنا نكتسب نفسا, علما, و قلبا. نرى أن في كل منظر درسا.

‘’Masisir yang dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat’’(Nussi)

Ilmu ‘Waskita"

قال الله تعالى : "... وَأْتُوا البُيوْتَ مِنْ أَبوَابهَا ..." (البقرة:١٨٩)
Segala sesuatu memiliki pintu masuknya masing-masing, berbeda, sekaligus apa yang ada dibalik pintu tersebut. -Penulis-

“Dr. Warsito” Ilmuan Indonesia untuk Dunia


Sekilas tentang Talaqqi


Mesir ibarat negeri yang sampai sekarang masih menyimpan harta karun yang melimpah ruah dan tak ternilai harganya, tak ada habis habisnya bila dikeruk semuanya, bahkan akan terus berkembang, dan  berkahnya bertebaran dan berkilauan dimana mana.

IKPM Night Acoustic


Melepas kepenatan selepas ujian termin pertama Universitas al-Azhar, Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Kairo menyelenggarakan IKPM Night Acoustic. Perlombaan ini diadakan setiap tahun, dan tahun ini merupakan Perlombaan IKPM Acoustic yang kedua. Acara diadalan di Aula Kekeluargaan Sunan Walisongo (KSW) pada malam Kamis 11 Februari 2016. Perlombaan tersebut diikuti oleh perwakilan musisi tiap angkatan dari anggota IKPM itu sendiri, yang terdiri dari angkatan Kenzo 2015, Immorzen 2014, Rayquaza 2013, hingga Regezza 2012.

Terangi Hidup dengan Lentera Qur’ani

Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, berisikan pedoman hidup guna menunjukan kebenaran, kebajikan, keselamatan, dan seruan keimanan kepada dzat Yang Maha Agung, Allah SWT beserta perintah dan larangannya. Jika suatu buku dibaca guna diambil isi dan nilai manfaatnya, maka al-qur’an sebagai kitabullah memberikan keistimewaan dan manfaat kepada para pembaca dan pengamalnya. Hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari abi umamah ra, berkata: “Aku mendengar rasulullah SAW bersabda: bacalah olehmu al-Qur’an, sesungguhnya ia akan memberi syafa’at pada hari kiamat bagi orang yang membacanya”.