Hidup memang ‘pilihan’, berada di
jalan Allah adalah pilihan terbaik. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang
akan membawa kita pada tujuan penciptaan makhluk, makhluk yang berakal. Orang
yang berilmu bukan hanya bisa membedakan hak dan batil, karna memilih dan
menempati sisi yang hak belum menjadi bagian dari membedakannya. Kitapun
tergolong bukan hanya ‘sekedar’ penuntut ilmu, jarak dan waktu sangat memahami
itu. Kita adalah seorang pejuang Allah SWT yang akan menciptakan pejuang
lain.
Nyatanya dunia membuat kita dapat
mencerna bukan hanya dengan teropong pengalaman namun juga pengamalan. Sebagai
generasi muda muslim dengan hasrat jihad pada diri yang masih sangat hijau,
penuntut ilmu tak hanya tergolong dalam satu macam saja. Kupu-kupu, kura-kura,
katak, dan gajah adalah segelintir objek yang kita temukan. Ini bukan suatu
hasil resolusi ‘saya’ sebagai member baru masisir, tepatnya ini adalah gambaran
akan proses resolusi itu.
Golongan pertama, ‘Kupu-kupu’ maksud disini (kuliah–pulang), dimana mahasiswa
tersebut hanya mengenal buku mata kuliah, kampus, kelas, dosen, rumah, dan
jalan menuju kampus. Hakikat ilmu baginya hanya ada dalam selembar sertifikat
yangmana ia rasa adalah kunci masa depan.
Lain halnya dengan si ‘Kura-kura’
sebutan bagi mahasiswa yangmana mengedepankan organisasi, (Kuliah-Rapat). Bukan
hal baru bagi masisir akan si kura-kura ini. Sebagai generasi muda dengan
segudang ide dan pemikiran, pergerakan organisasi sangat lebat berkembang di
dunia masisir ini, PPMI Mesir pun kerap mendapat julukan PPI teraktif sedunia.
Tak sedikit jumlah komunitas si ‘Kura-kura’ ini, habitatnyapun meluas di
district 10 kota ini, entah dalam hal keilmuan, masyarakat, kekeluargaan,
keputrian, olahraga, dan lain sebagainya.
Tak tertinggal, sang ‘Katak
dan Gajah’ (kuliah-talaqqi) dan (ngaji-sajah). Salah satu hal unik
dalam bidang keilmuan yang tak akan ditemukan di negara lain, hanya di negri
kinanah ini. Syurga para pecinta ilmu, ilmu akhirat dan dunia. Karena
barangsiapa yang menguasai ilmu akhirat maka ilmu dunia kan jadi miliknya. Talaqqiers
itulah title khas bagi para personil grup ini. Mahasiswa yang hari-harinya
penuh dengan jadwal yang membawa langkah kakinya keluar masuk dari satu madhyafah
ke madhyafah lain, satu masjid ke masjid lain, ruwaq dan sahah
pun telah terbiasa menyambut kedatangannya.
Secara tak sadar pasti kita
mencari nasab diri kita akan golongan-golongan tersebut. Harus kita tahu
terlebih dahulu hal essensial didalamnya, yaitu misi adanya kita di negri para
nabi ini. ‘’KE MESIR APA YANG KITA CARI?’’ Karena jalan sangat bersahabat
dengan tujuan. Mengenali pohon-pohon hakikat kehidupan beserta akarnya membuat
kita menemukan jati diri guna menampakkan diri sebagaimana ilmu yang kita
miliki.
Harta karun bangsa, kader
pemimpin umat dengan jiwa untuk memperbaiki di jalan Allah SWT adalah hak umat
atas kita. Masisir yang dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat,
dan ia tidak akan terjun dengan tangan kosong. Bekal dapat ia temukan di meja
kuliah, lapangan hijau organisasi, karpet para masyayikh dan segala yang
ada di sudut mata kita saat ini. Tak perlu berat kita menganalisa atau
memprediksi bak ramalan cuaca, apa yang akan terjadi beberapa tahun yang akan
datang saat kita kembali ke tanah air, akan banyak tuntutan yang kan jadi
pikulan beban, karena kita termasuk subjek dari perubahan di era globalisasi
itu.
Tentu akal kita kilat berdalih,
bahwa ini bukanlah hal yang membuat telinga, mata, hati, akal, dan jiwa para penuntut
ilmu duduk manis pada posisinya. Sungguh tak mudah. Singkat kesimpulanpun akan
membawa kita berpikir balance akan semua golongan tersebut. Lalu
bagaimanakah mencapainya? Mebuka akal dan mata agar setiap apa yang ada
disekitar kita menjadi ilmu, hingga ilmu itu kan jadi bekal untuk berkecimpung di ranah global sebagai generasi
muslim yang berkualitas baik dalam bidang moral, maupun keilmuan. Bismillah.
هنا نكتسب نفسا, علما, و قلبا. نرى أن في كل
منظر درسا.
‘’Masisir yang
dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat’’(Nussi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar