Selasa, 02 Agustus 2016

“Dr. Warsito” Ilmuan Indonesia untuk Dunia



Siapa bilang ilmuan Indonesia tidak bisa berprestasi? Kita tahu pada zaman sekarang segala penemuan kesehatan ditemukan di Barat, namun salah satu ilmuan Indonesia ini mampu membuktikan bahwa penemuan-penemuan teknologi tidak hanya dimiliki Barat. Dr. Warsito P. Purnomo ilmuan Asli Indonesia ini  berhasil membuktikan, bahwa ia mampu menciptakan alat terapi kanker berbasis listrik statis. Hasil temuannya inilah yang mengharumkan  namanya di dunia internasional.

Dr. Warsito Purwo Taruno lahir di Karanganyar, Surakarta, Jawa Tenggah, 15 Mei 1967. Dia dibesarkan di desa, Warsito menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain di sawah dan memelihara ternak, dia termasuk siswa berprestasi dalam bidang akademis, dan kegemarannya dalam membaca buku apa saja tanpa mengenal waktu dan tempat dan keadaan. Kecerdasan Dr. Warsito juga tidak terlepaskan dari peran orang tuanya, ayahnya selalu mendorongnya untuk selalu maju. Sedangkan sang ibu selalu memotivasi agar melakukan segala pekerjaan dengan dasar ketulusan dan ketabahan.

Anak keenam dari delapan bersaudara ini lulus dari SMAN Karanganyar pada tahun 1986, Warsito muda melanjutkan studi S-1 nya di Tokyo Internasional Japanese School, Tokyo (1988) setelah sebelumnya sempat berkuliah di UGM di jurusan Fakultas Teknik Kimia salama sebulan. Kemudian ia melajutkan studi ke jenjang S-2 di Shizouka University jurusan Chemical Engineering (1992) dan sukses meraih gelar M.Eng tahun 1994 dan gelar Ph.D Electronic Science and Technology tahun 1997 masih di Universitas yang sama.

Setelah menyelesaikan tugas akhir mahasiswa S-2 pada tahun 1991, Dr Warsito tertarik dengan sebuah riset terhadap bidang tomografi. Ketua Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat”  dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang tak tembus cahaya (tomografi). Kemudian ia melakuakn riset di laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Prof. Shigeo Uchida. Pertemuanya dengan ilmuan Amerika ini di Belanda mengantarkan beliau untuk hijrah ke Amerika pada tahun 1999, dan bertemu dengan Prof. Liang-Shih Fan dari Ohio State University (OSU). Keduanya bekerja sama di laboratorium Industrial Research Consortium milik OSU dan mengembangkan riset tomografi volumetrik.

Setelah pulang dari Amerika, peraih Achmad Bakrie Award (2009) ini mengembangkan Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) yang dinamai Edwar Tecnology, yaitu pusat riset dan produksi sistem tomografi 4D yang pertama di dunia. Ia merubah ruko dua lantai yang berpusat di Tanggerang menjadi ruang laboratorium. Dari sinilah ia bersama teman-temanya menciptakan teknologi Electrial Capacitance Volume Tomography (ECVT).

Langkahnya sebagai peneliti sempat terkendala karena hasil risetnya selama bertahun-tahun hilang tak berbekas, ketika komputer kerjanya hangus terbakar akibat tersambar petir dan laptopnya pun tiba-tiba jebol. Hal inilah yang membuatnya sedikit stress dan bingung. Namun lulusan terbaik Shizouka University ini bangkit kembali, ia membongkar arsip dan catatan risetnya mulai dari awal. Selanjutnya Untuk mewujudkan impiannya kembali, ia membentuk satu tim ahli dari CTECH Labs.

Kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2004, risetnya selesai tapi masih dalam bentuk desain sederhana. Penemuannya yaitu Electrial Capacitante Volumy Tomography (ECVT) sebuah teknologi yang menggunakan sensor medan listrik statis yang menampilkan gambar 3 dimensi dari tingkah laku gas dan partikel di dalam reaktor tertutup.  

Teknologi ini mengapdosi cara scanning yang dapat melihat secara nyata dalam bentuk 3 dimensi gerak gas dan partikel di dalam boiler maupun reaktor industri dengan akurasi yang tinggi, dan menjadi cikal bakal teknologi berbasis clean energy. ECVT ini diterapkan diberbagai bidang dari industri, kedokteran, pertambangan, proses kimia, body scan dan untuk lainnya. Temuan ECVT ini dipantenkan Dr. Warsito di Amerika Serikat pada lembaga paten Internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760, 529 tahun 2006.

Dalam perkembangannya, teknologi ini telah dipakai oleh beberapa industri ternama salah satunya lembaga antariksa NASA. Meski bersekala kecil institusi yang dibangunnya telah menjalin kerja sama riset dengan lembaga riset dunia seperti Ohio State University, RIKEN (Japan), Nanyang Technology University(Singapore) dan Universitas Kebangsaan Malaysia. 

Dari hasil kerja kerasnya, beliau berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak dan kanker payudara. Alat yanng berbasis ECVT ini terdiri dari empat perangkat yakni brain activity, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive teraphy, dan breast cancer electro capacitive theraphy. Brain activity scanner berfungsi mempelajari aktivitas otak manusia secara tiga dimensi. Bentuknya mirip helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisi yang tersambung dengan sebuah komputer. Sementara breast activity scanner diciptakan untuk mendeteksi sel kanker dalam tubuh, fungsi dari brain cancer electro capacitive ini adalah alat untuk mematikan sel kanker dengan listrik statistik.

Alat ini telah membuktikan keampuhan alat ciptaanya kepada kakaknya yang menderita kanker payudara stadium IV. Dalam waktu beberapa bulan setelah pemakaian, hasil tes  menyatakan bahwa sang kakak dinyatakan bersih dari sel kanker yang hampir merenggut nyawanya itu. Untuk brain cancer electro capacitive therapy, Dr. Warsito mencoba mengenakannya pada pemuda berusia 21 tahun yang menderita penyakit kanker otak kecil (cerebellum). Dari kondisi awal pemuda itu lumpuh total dan tidak bisa menelan makanan dan minuman. Setelah seminggu pemakaian alat tersebut, pemuda tersebut dapat bangun dari tempat tidurnya. Dengan pemakaian selama dua bulan penyakit kanker yang dideritanya sembuh total. Namun Alat ini menimbulkan efek samping yaitu kondisi pasien yang mengeluarkan keringat hingga berlendir dan feses, ini membuktikan bahwa sel-sel kanker tersebut keluar dari tubuh pasien.

Berkat kerja keras dan peranannya dalam mengharumkan dunia sains Indonesia di Internasional. Dr. Warsito dianugrahi sejumlah penghargaan. Ayah empat putra ini terpilih menjadi salah satu dari “100 Tokoh Kebangkitan Indonesia” Versi Majalah Gatra (2008), American Institute of Chemist Foundation Outstanding Post-Doctoral Award (2002), Baiquni Award bidang MIPA Ugm (1985),dan masih banyak penghargaan lainnya.

Suami dari Rita Chairunnisa ini juga mendirikan Komunitas Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia dan menjabat sebagai ketua hingga sekarang. Tujuan MITI adalah meningkatkan kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia, serta membantu pengembangan SDM Manusia, karena kegundahannya terhadap nasib peneliti Indonesia dimana hasih riset para peneliti hanya untuk kepentingan akademik dan publikasi ilmiah saja. Sekarang MITI telah membuat jaringan di seluruh kota di Indonesia dan di luar negri. Menurut Dr. Warsito, memberikan perhatian kepada kelompok kecil yang potensinya bagus lebih efektif dibandingkan membangun industri dalam skala besar. Dan ekonomi adalah bidang kedua yang digelutinya secara otodidak sejak tahun 1994 dan tercatat aktif sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS. 

Pada bulan Januari tahun 2016 klinik riset Dr. Warsito dihentikan oleh Kementrian kesehatan dengan berbagai alasan. Dalam surat terbuka beliau mengatakan “Hari ini tepat saya mendapat surat dari sebuah lembaga agar saya menghentikan semua kegiatan pengembangan riset saya di Indonesia”.

Kita memiliki banyak SDM yang mumpuni dalam berbagai bidang keilmuan. Oleh karena itu, dibutuhkan dorongan secara moril dan materil serta ruang yang bebas dari berbagai pihak terutama pemerintah. Banyak dari mereka menduduki posisi strategis di luar negri yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia.(Lenny)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar