Selasa, 02 Agustus 2016

Entah Ku Tak Tahu

Entah ku tak tahu
Ku tak tahu siapa yang menanam benih
Yang sedang tumbuh subur dipekarangan rumah perjuangan anak kecil itu.

Ku goreskan pena tuk ungkap rasa dan makna
Namun ketika mencapai moksa, segala yang wujud dalam ruang hampa di dada
Kini melebur menjelma tiada lalu sirna
Engkaukah itu, wahai pria bertubuh tegap bemata sayu?
Engkaukah pelukis bocah kecil itu, dulu?
Engkaukah pemahat jiwanya, pengukir sanubarinya?

Ku coba gambar sosoknya dalam khayal
Ia sebab anak itu berawal
Lalu tumbuh subur, segar, besar berharikan semangat
Wahai Pria yang wajahnya sendu, pipinya kasar, bibirnya pucat
Matanya sayu serta kulitnya berkeringat pekat
Mengapa engkau begitu bersemangat?
Mengasuhnya, menyuapinya, meninabobokannya
Bahkan engkau sampai sudi tuk bersihkan kotorannya.

Apa sebab engkau bersikap seperti itu?
Mengapa engkau terdiam dingin kaku begitu?
Mana jawabanmu? Ku ingin tahu.

Sesampai disini,kata-kataku mengental di ujung pena
Ternyata, ada rasa yang tak kuasa dijabarkan melalui kata
Ia terlalu indah tuk diungkap berperantarakannya
Hingga bahasa pun luluh dihadapannya
Rasa dan Pria itu telah mendarah daging sejak lahirnya
Anak itu. Mutiara terindah dalam hidupnya
Yang cahayanya memendar ke seluruh alam sekitarnya.

Ku bertanya Siapa Ia? Dan Apa dia?
Tahukah kamu ?
(A Karim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar