Selasa, 02 Agustus 2016
Entah Ku Tak Tahu
Entah ku tak tahu
Ku tak tahu siapa yang menanam benih
Yang sedang tumbuh subur dipekarangan
rumah perjuangan anak kecil itu.
Diaspora Indonesia, Sejarah Menagih Janji
Berbicara tentang diaspora, berarti bukan hanya berbicara tentang
seseorang yang berimigrasi jauh keluar negeri, tetapi lebih dari sosok
nasionalis berbudi tinggi, sumber dari
segudang potensi, pelopor kesejahteraan, pribadi yang kaya dengan ide, ilmu
pengetahuan, wawasan, jaringan serta
harapan untuk sebuah pembangunan masa depan; menjadi landasan yang kokoh untuk
Indonesia yang sedang dilanda sinisme. Di era global saat ini, diaspora adalah
sebuah fenomena biasa, namun menyimpan potensi yang luar biasa. Prestasinya
lengkap dengan kesuksesan, ilmu dan pengetahuan tak perlu dipertanyakan, peranannya
dibidang ekonomi, politik, budaya dan
sosial sangat menjanjikan.
TAHU MAJRUR
"... hingga takbir dan ikrar mereka yang kosong
bagai perut bedug ... “[i]
K.H. Mustofa Bisri
Alkisah, di pagi subuh
Mukhlis beranjak menuju masjid, namun sementara langkah kaki memburu waktu, ia
terhenti oleh salah seorang guru sepuh, terjadilah perbincangan antara
keduanya. Sang guru bertanya: “Mengapa tahu itu enak ?”, Mukhlis terdiam. “Karena tahu marfu’. Apa
jadinya kalau tahu itu majrur ?”, kata sang guru disusul tawa kemenagan atas
terdiamnya Mukhlis. Dikenal sebagai santri terpandai dalam pelajaran Nahwu
Mukhlis bertanya-tanya dalam dirinya sendiri tentang tahu dan majrur dan
keabasahan relasi antara keduanya.
Dalam fikiran Mukhlis ...
Tahu sebagai isim, maka tahu
adalah tahu merupakan isim ‘alam dan juga merupakan isim ‘ajam. Maka tahu
termasuk jenis isim yang tidak menerima tanwin, dan kalau memang begitu
meskipun tahu termasuk isim mu’rob, akan tetapi tidak mungkin tahu berharakat
akhir kasrah, sebab ia majrur dengan fathah.
Tahu sebagai fi’il, jika
memang tahu yang dimaksud sang guru adalah fi’il maka tak mungkin adanya tahu
majrur, karena majrur hanya ada untuk isim. Hal ini membingungkan Mukhlis
sampai ia tertidur.
Dalam mimpinya . . .
Mukhlis bertemu seseorang
yang memberi jawaban atas kebingungannya.
Seperti inilah realita yang
terjadi di kalangan yang sibuk dirinya, fikirannya, darahnya, imannya dalam hal
yang ia sebut sebagai ilmu. Segenap pengetahuan yang didapat hanya terhenti
pada substansi ilmu itu sendiri. Tanpa mampu menemukan jalan yang lebih dari
ranah sunstantif.
Dikarenakan tinggi dan
luasnya pengetahuan yang diagung-agungkan, sehingga yang ada dihadapan pun
menjadi kabur wujudnya, layaknya seorang bocah dengan peta harta karun yang
berada di kerumunan raksasa dan peti harta karunnya terkalung di leher salah
satu raksasa, sebegitu yakinnya dengan petanya sampai ia melupakan bahwa setiap
raksasa tidak diam di tempatnya.
Dengan mengesampingkan apa
itu kualitas dan apa itu kuantitas maka dipilihlah kedua-duanya untuk
menghasilkan sebuah pengetahuan yang bermutu. Demi memperoleh kebenaran
darinya. Dan tanpa menyadari bahwa seorang bayi yang telah lebih dahulu berada
di sisi-Nya tanpa harus melalui jalan pengetahuan dan tahu apa itu kebenaran.
Di sinilah perlu adanya
pos-pos istirahat di sepanjang jalur pengetahuan dalam perjalanan mudik menuju
kampung yang abadi. Untuk melihat kesesuaian antara apa yang diketahui (yang
tercantum dalam lembaran-lembaran buku dan kitab) dengan realita, ataupun hanya
untuk sekedar membasuh muka dengan seciduk air pembersih hati dalam rangkaian zikir,
wirid dan sholawat agar suci dari debu dan asap dengki, hasud,
dan takabbur.
Lebih dari sekedar berhenti
beristirahat, maka berhenti untuk membuka mata hati memperluas sudut pandang
hingga tidak menjadi seperti katak dalam tempurung kaca yang sudah berkeliling
dunia. Mampu bercerita kepada kawan-kawannya di kampung halaman tentang semua
negeri yang ia kunjungi dan apa yang ia ketahui. Namun ia lupa bahwa area gerak
tubuhnya hanya sebatas tempurung. Padahal jika saja tempurung yang mengurung dipecahkan,
mungkin ia tak akan menceritakan apa saja yang ia tahu.
Maka tahu majrur hanyalah
sebuah guyonan yang tidak membutuhkan penalaran logistik maupun
linguistik.
Subuh esok harinya . . .
Subuh kali ini Mukhlis ganti
menghampiri sang guru untuk mengungkapkan apa yang terbesit dalam fikirannya.
Sang guru lalu menunjuk perut dan kepala Mukhlis. “jangan isi yang di bawah
terus, yang keluar dari sini hanya majrur (lawan dari irtifa’; diangkat/mulia),
kosongkan sesekali biar yang di atas nggak kosong meski nampaknya berisi. “
kata sang guru sebelum sempat Mukhlis angkat bicara.[ii]
[i] Sama
halnya dengan ilmu yang bisa menjadi begitu kering dan kosong
[ii] Mukhlis hanyalah seorang santri di persntren
kecil di pelosok desa, maka bagaimana menurutmu dengan mahasiswa lintas kota,
negara bahkan benua ?
ILMU DAN SAFAR
Sejarah telah mencatat bahwa “Hijrah” memiliki peranan
yang sangat penting dalam kemajuan Islam. Penolakan terhadap Islam yang nyata
dari bani Quraisy terutama kalangan keluarga sendiri disertai berbagai
cerca-makian serta penyiksaan, membuat langkah dakwah begitu berat. Hijrahnya
menuju Madinah merupakan momentum perubahan yang gemilang. Jika sebelumnya, Islam
adalah seruan kepada keesaan, maka di Madinah, Islam menjelma menjadi peradaban
yang maju, terdepan dan bertauhid.
Siapakah Aku? Kupu-kupu, Kura-kura, Katak, atau Gajah?
Hidup memang ‘pilihan’, berada di
jalan Allah adalah pilihan terbaik. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang
akan membawa kita pada tujuan penciptaan makhluk, makhluk yang berakal. Orang
yang berilmu bukan hanya bisa membedakan hak dan batil, karna memilih dan
menempati sisi yang hak belum menjadi bagian dari membedakannya. Kitapun
tergolong bukan hanya ‘sekedar’ penuntut ilmu, jarak dan waktu sangat memahami
itu. Kita adalah seorang pejuang Allah SWT yang akan menciptakan pejuang
lain.
Nyatanya dunia membuat kita dapat
mencerna bukan hanya dengan teropong pengalaman namun juga pengamalan. Sebagai
generasi muda muslim dengan hasrat jihad pada diri yang masih sangat hijau,
penuntut ilmu tak hanya tergolong dalam satu macam saja. Kupu-kupu, kura-kura,
katak, dan gajah adalah segelintir objek yang kita temukan. Ini bukan suatu
hasil resolusi ‘saya’ sebagai member baru masisir, tepatnya ini adalah gambaran
akan proses resolusi itu.
Golongan pertama, ‘Kupu-kupu’ maksud disini (kuliah–pulang), dimana mahasiswa
tersebut hanya mengenal buku mata kuliah, kampus, kelas, dosen, rumah, dan
jalan menuju kampus. Hakikat ilmu baginya hanya ada dalam selembar sertifikat
yangmana ia rasa adalah kunci masa depan.
Lain halnya dengan si ‘Kura-kura’
sebutan bagi mahasiswa yangmana mengedepankan organisasi, (Kuliah-Rapat). Bukan
hal baru bagi masisir akan si kura-kura ini. Sebagai generasi muda dengan
segudang ide dan pemikiran, pergerakan organisasi sangat lebat berkembang di
dunia masisir ini, PPMI Mesir pun kerap mendapat julukan PPI teraktif sedunia.
Tak sedikit jumlah komunitas si ‘Kura-kura’ ini, habitatnyapun meluas di
district 10 kota ini, entah dalam hal keilmuan, masyarakat, kekeluargaan,
keputrian, olahraga, dan lain sebagainya.
Tak tertinggal, sang ‘Katak
dan Gajah’ (kuliah-talaqqi) dan (ngaji-sajah). Salah satu hal unik
dalam bidang keilmuan yang tak akan ditemukan di negara lain, hanya di negri
kinanah ini. Syurga para pecinta ilmu, ilmu akhirat dan dunia. Karena
barangsiapa yang menguasai ilmu akhirat maka ilmu dunia kan jadi miliknya. Talaqqiers
itulah title khas bagi para personil grup ini. Mahasiswa yang hari-harinya
penuh dengan jadwal yang membawa langkah kakinya keluar masuk dari satu madhyafah
ke madhyafah lain, satu masjid ke masjid lain, ruwaq dan sahah
pun telah terbiasa menyambut kedatangannya.
Secara tak sadar pasti kita
mencari nasab diri kita akan golongan-golongan tersebut. Harus kita tahu
terlebih dahulu hal essensial didalamnya, yaitu misi adanya kita di negri para
nabi ini. ‘’KE MESIR APA YANG KITA CARI?’’ Karena jalan sangat bersahabat
dengan tujuan. Mengenali pohon-pohon hakikat kehidupan beserta akarnya membuat
kita menemukan jati diri guna menampakkan diri sebagaimana ilmu yang kita
miliki.
Harta karun bangsa, kader
pemimpin umat dengan jiwa untuk memperbaiki di jalan Allah SWT adalah hak umat
atas kita. Masisir yang dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat,
dan ia tidak akan terjun dengan tangan kosong. Bekal dapat ia temukan di meja
kuliah, lapangan hijau organisasi, karpet para masyayikh dan segala yang
ada di sudut mata kita saat ini. Tak perlu berat kita menganalisa atau
memprediksi bak ramalan cuaca, apa yang akan terjadi beberapa tahun yang akan
datang saat kita kembali ke tanah air, akan banyak tuntutan yang kan jadi
pikulan beban, karena kita termasuk subjek dari perubahan di era globalisasi
itu.
Tentu akal kita kilat berdalih,
bahwa ini bukanlah hal yang membuat telinga, mata, hati, akal, dan jiwa para penuntut
ilmu duduk manis pada posisinya. Sungguh tak mudah. Singkat kesimpulanpun akan
membawa kita berpikir balance akan semua golongan tersebut. Lalu
bagaimanakah mencapainya? Mebuka akal dan mata agar setiap apa yang ada
disekitar kita menjadi ilmu, hingga ilmu itu kan jadi bekal untuk berkecimpung di ranah global sebagai generasi
muslim yang berkualitas baik dalam bidang moral, maupun keilmuan. Bismillah.
هنا نكتسب نفسا, علما, و قلبا. نرى أن في كل
منظر درسا.
‘’Masisir yang
dibutuhkan umat adalah yang mau terjun ke masyarakat’’(Nussi)
Ilmu ‘Waskita"
قال الله تعالى : "... وَأْتُوا البُيوْتَ مِنْ
أَبوَابهَا ..." (البقرة:١٨٩)
Segala
sesuatu memiliki pintu masuknya masing-masing, berbeda, sekaligus apa yang ada
dibalik pintu tersebut. -Penulis-
Sekilas tentang Talaqqi
Mesir
ibarat negeri yang sampai sekarang masih menyimpan harta karun yang melimpah
ruah dan tak ternilai harganya, tak ada habis habisnya bila dikeruk semuanya, bahkan
akan terus berkembang, dan berkahnya
bertebaran dan berkilauan dimana mana.
IKPM Night Acoustic
Melepas kepenatan selepas ujian termin pertama Universitas
al-Azhar, Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Kairo menyelenggarakan
IKPM Night Acoustic.
Perlombaan ini diadakan setiap tahun, dan tahun ini merupakan Perlombaan IKPM Acoustic
yang kedua. Acara diadalan di Aula
Kekeluargaan Sunan Walisongo (KSW) pada malam Kamis 11 Februari 2016.
Perlombaan tersebut diikuti oleh perwakilan musisi tiap angkatan dari anggota
IKPM itu sendiri, yang terdiri dari angkatan Kenzo 2015, Immorzen 2014,
Rayquaza 2013, hingga Regezza 2012.
Terangi Hidup dengan Lentera Qur’ani
Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, berisikan pedoman hidup guna menunjukan
kebenaran, kebajikan, keselamatan, dan seruan keimanan kepada dzat Yang Maha
Agung, Allah SWT beserta perintah dan larangannya. Jika suatu buku dibaca guna
diambil isi dan nilai manfaatnya, maka al-qur’an sebagai kitabullah memberikan
keistimewaan dan manfaat kepada para pembaca dan pengamalnya. Hadist yang
diriwayatkan oleh muslim dari abi umamah ra, berkata: “Aku mendengar rasulullah
SAW bersabda: bacalah olehmu al-Qur’an, sesungguhnya ia akan memberi syafa’at
pada hari kiamat bagi orang yang membacanya”.
Jumat, 29 Juli 2016
AHLI GARIS DAN TUKANG GARIS
Pada dasarnya tidak ada hubungan akademis antara ujian kuliah dan masalah garis-menggaris. Apalagi tukang dan ahli garis. Tukang belum tentu ahli, tapi kalau ahli tidak harus tukang. Antara ujian dan garis di mata pelajar hanya masalah fungsional. Garis-garis mempercantik ukiran-ukiran huruf diatas lembar jawab. Atau garis-garis menjadi trans-memori hafalan dari buku cetak menerobos pagar soal-pertanyaan hingga termuntahkan ketubannya berupa jawaban. Tidak se-pragmatis itu.
Kamis, 23 Juni 2016
Sambut Pemimpin Baru Di MUCAB 32...
Seiring dengan terlaksananya rentetan agenda tahunan, maka berakhir pula masa kepengurusan IKPM Cabang Kairo periode 2016/2017. Disitulah Reformasi kepengurusan dan Regenerasi mutlak dilaksanakan demi suatu perubahan,
Minggu, 21 Februari 2016
"KEBENARAN YANG NYATA"

Judul : الحقّ المبين في ردّ على من تلا عب بالدين
Penulis : Dr Usamah Sayid al- Azhari
Tahun Terbit : 2015 / 1436
Cetakan : ke dua
Jumlah halaman : 206 hlm
Penerbit : DAR AL FAQIH
Selama delapan
puluh tahun terakhir ini, kita
disuguhkan banyak pandangan keagamaan
yang diniatkan untuk berkhidmah kepada syariah Islam ,dengan semangat
memperjuangkannya dan untuk digenerasikan; Mereka menciptakan metode berfikir
sendiri, menawarkan dan menisbatkan
pandangannnya terhadap syariat Islam.
Jumat, 05 Februari 2016
CERMIN KESUKSESAN
Ilmu adalah suatu kemuliaan yang baik dihadapan manusia dan Allah Ta`ala.
Setiap orang diharuskan untuk mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, karena
dengan ilmu seseorang akan mendapatkan segala impian serta kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini Imam Ibnul Qayyim Al-jauziyyah memiliki
perhatian yang serius dan bisa kita teladani dari keseriusan beliau terhadap
Ibnu taimiyah hingga akhir hayatnya.
For You, Student

Dalam
lingkup perkuliahan, mahasiswa dituntut aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan, bukan hanya aktif dalam kegiatan kelas, juga dituntut aktif dan
andil dalam kegiatan di luar kelas, seperti kajian kajian ilmiah dan
organisasi. Dalam perihal ini tidak bisa dipungkiri jika mahasiswa memiliki
kesibukan yang tiada hentinya bahkan terkadang bertabrakan antara kegiatan satu
dengan yang lainnya sehingga bukan hal asing lagi apabila banyak mahasiswa yang
over schedule.
Manfaat Santan Kelapa
Buah kelapa
memiliki banyak fungsi. Kita dapat mengkonsumsi dalam bentuk cair seperti air
kelapa ataupun minyak kelapa, juga dalam bentuk padat seperti daging buah
kelapa itu sendiri. Namun secara keseluruhan, tumbuhan kelapa ini dapat
dimanfaatkan seutuhnya.
Kini Sastra Rapuh Lumpuh
Indonesia telah
merdeka, telah hilang tabir penghalang, pengekang jiwa dan cita-cita bangsa
Indonesia. Tidak cukup dengan
menciptakan kemerdekaan bangsa, dan tanah air, tetapi menelurkan pula
jiwa yang bebas dinamis, realistis, dan revolusioner. serta memancarkan seni –
sastra yang bernafaskan keindahan, melalui pengalaman jiwa, mengalir didalamnya kebaikan, kesopanan,
kearifan dan memegang teguh masalah suluki,
tarbawy, dan akhlaky. sehingga
mencapai nilai estetika yang tinggi.
Napak Tilas Coca cola
Dr.John Stith Pemberton, seorang
ahli farmasi lokal dari Atlanta, AS. Ia
adalah orang yang terobsesi menemukan obat sekaligus minuman yang bisa
menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan.Percaya atau tidak,
pada awalnya Dr.Pemberton mengklaim
bahwa bahwa Coca-cola mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti morphine addiction, dyspepsia, neurasthenia, sakit kepala, dan
impotensi. Pada saat itu tanaman koka adalah tanaman yang sering digunakan di daerah Amerika Selatan dikarenakan kandungan daun coca
yang mengandung alkaloid kokain (senyawa sintesis yang memicu
metabolisme sel menjadi sangat cepat), dasar bagi obat kokain yang merupakan
stimulan kuat.
Selama masa itu,
laporan tentang manfaat kesehatan dari tanaman coca (koka) telah banyak
tersebar, Coca dikenal sebagai stimulan cocaine, dan juga memiliki sifat
untuk melancarkan pencernaan. Angelo Mariani ialah seorang Korsika yang lebih
dulu membuat anggur Coca yang disebut Vin Mariani, dan mendapatkan keuntungan
yang sangat besar di Eropa.
Karna Termotivasi
oleh keberhasilan Angelo, Dr.Pemberton muai bekerja untuk menemukan formula
minuman yang memiliki ekstrak daun Coca dengan menghilangkan kandungan kokain
didalamnya, lalu menkombinasikannya dengan ekstrak kacang Kola yang mengandung
bahan Caffein yang digunakan dalam
formula, yang kemudian dikenal dengan sebagai formula rahasia, lalu
keduanya dicampur dengan gula, air berkarbonisasi maka terlahirlah minuman Coca
cola, yang diambil dari gabungan dua bahan utama pembuatan minuman ini yaitu daun Coca dan kacang Kola, penggantian
huruf ‘K’ pada Kola diganti dengan huruf ‘C’ agar lebih seirama.
Dia membuat resep
pertamanya ke apotek Jacob untuk dijual pada 1886, dan mulai mempromosikannya,
akan tetapi karena kurangnya keterampilan Pemberton dalam pemasaran Coca cola,
pada 1887 ia menjual hak formula Coca cola ke Apoteker perusahaan Atlanta, Asa
Candler, seharga $2.300. Sehingga Coke atau
Coca cola telah menjadi minuman ringan yang laris dengan salah satu merknya
yang paling berharga dan sukses dalam sejarah industri modern, meskipun
mengkonsumsi berlebihan minuman berkarbonisasi (pembentukaan reaksi asam
karbonat dari hasil karbon dioksida yang
dilarutkan) menimbulkan resiko kesehatan.
Dan ironisnya,
Dr.Pemberton, meniggal 2 tahun setelah menciptakan minuman legendaris ini, dan
tidak dapat menyaksikan Coca cola yang mulai melintasi berbagai perbatasan
negara di awal abad 20.
Wisudawan Universitas al-Azhar Berjanji
“...kami para wisudawan dengan ini
berjanji :
1.
Menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala larangannya.
2.
Bertingkah laku mulia dalam
berperangai ataupun kalimat.
3.
Siap menjadi duta Al- Azhar yang
menyebarkan dakwah islam dan mengabdi kepada rakyat, bangsa, dan negara.
4.
Siap menjaga nama baik institusi Al-
Azhar dikancah nasional dan internasiona.
Demikian janji ini kami ikrarkan,
hanya kepada Allah kami memohon
pertolongan.”
Tepat pada tanggal 20 Oktober 2015, gedung al-Azhar
Conference Center (ACC)
menjadi saksi berkumandangnya pembacaan ikrar janji 267 wisudawan dan
wisudawati universitas al-Azhar Cairo, Mesir. Terlihat senyum merekah
dari setiap wajah para wisudawan dan wisudawati menggambarkan kebahagiaan dan
kepuasan yang tak terkira harganya. Kebanggaan
atas keberhasilan untuk meraih titel license, pasca sarjana, dan
doktoral yang didapatkan setelah menempuh perjuangan yang teramat berat
terbalaslah sudah, ketika nama mereka satu
persatu disebutkan. Dan sekarang, tugas
sesungguhnya dari sebuah misi mulia yang disematkan kepada seluruh wisudawan
dan wisudawati barulah dimulai.
Apa tugas dan misi sesungguhnya itu?
Apa tugas dan misi sesungguhnya itu?
Ikrar atau janji yang diucapkan
serentak oleh 267 wisudawan dan wisudawati sejatinya bukanlah ikrar biasa atau
janji biasa. Ada kewajiban besar yang harus dilaksanakan 267 kader bangsa ini
untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka ucapkan. Sungguh! Ini bukan
janji biasa.
Merujuk pada firman Allah
dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi :
وَمَا كَانَ
الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ
فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: 122)
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
Berdasarkan ayat diatas,
tertera dan tertulis secara jelas bahwa kita sebagai seorang penuntut ilmu yang
mendapatkan kesempatan untuk mengambil dan mengkaji ilmu di pusatnya segala
ilmu keislaman, memiliki tugas dan amanah yang besar untuk “tabligh”
atau menyampaikan segala ilmu yang kita miliki kepada kaum kita masing-masing
ketika kembali dari peraduan pencarian ilmu.
Ayat tersebut merupakan isyarat wajibnya pendalaman
ilmu dan menyampaikannya kepada orang lain guna memahamkan segala ketidaktahuan
karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang hal itu. Surah At-Taubah ayat 122 di atas
menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Allah
SWT “Seolah-olah” melarang kaum muslimin
ikut berperang semuanya, tetapi harus ada sebagian dari mereka yang
memfokuskan perhatiannya pada usaha mendalami ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu-ilmu agama Islam.
Janji yang diucapkan harus berbanding
lurus dengan paradigma yang menjadi landasan sebuah misi keislaman yang Azhary.
Kondisi Islam di Indonesia yang penuh dengan
keanekaragaman adat juga istiadat didalamnya, tentu memerlukan sebuah kerangka
pikiran yang tidak tajam ke salah satu sisi, dan tumpul pada sisi yang lainnya.
Diperlukan dalam menanggulanginya seorang ulama yang intelek, yang mampu melihat
sebuah permasalahan dari sudut pandang
yang berpusat pada Al-qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam mengambil
sebuah pikiran, tindakan, dan keputusan, Tanpa dipengaruhi oleh kekuatan suatu
paham tertentu, atau bahkan berbau politik.
Disinilah peran alumni Universitas Al-
Azhar harus terlihat. Bahkan tidak hanya sekedar terlihat dalam bentuk sebuah
reflika pemikiran dan peringatan, tapi harus terlihat dalam sebuah bentuk
keefektifan konsep dan pergerakan yang lebih komplit. Pergerakan yang membawa
misi lahiriah dan bathiniah yang jelas dalam segala aspek guna melebarkan sayap
dakwah Islam.
Alumni Al-Azhar diuji, tidak hanya
menjadi pengamat dan pengkritik tanpa solusi, tapi menjadi sebuah benteng yang
kokoh untuk mengawal keutuhan dan
kemurnian Islam. Dan Tentunya dengan ‘ulum dan manhaj yang telah
diwariskan oleh ulama-ulama Azhari.
Ada beberapa hal yang tentunya harus
diperhatikan oleh para alumni Al- Azhar yang akan kembali pulang ke Indonesia.
Mengutip pada ikrar pertama wisudawan
yang telah dibacakan ketika resepsi wisuda, yaitu menjalankan perintah Allah
dan menjauhi segala larangannya, maka tugas pertama yang harus dilakukan adalah
islah terhadap diri masing-masing. Memastikan diri sendiri sudah mampu dan
konsekuen untuk menjalankan segala syariat Allah serta menjauhi segala hal yang
diharamkannya. Karena dakwah memerlukan sebuah kesinambungan antara risalah
yang disampaikan dan ilmu yang diamalkan.
Kemudian, ikrar kedua menyebutkan “Bertingkah
laku mulia dalam berperangai dan kalimat”. Hal ini tentunya selaras dengan
pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Adab dan perangai tentu menjadi
ujung tombak sang pendakwah. Ketika adab dan perangai tidak sejalan dengan apa
yang disampaikan, maka akan menjadi sebuah kerancuan yang sangat menonjol dalam
alokasi misi dakwah. Karena sejatinya, adab di atas ilmu itu sendiri.
Siap menjadi duta Al-Azhar yang
menyebarkan dakwah islam, dan mengabdi kepada rakyat, bangsa dan negara adalah
ikrar ketiga yang memiliki tingkat pembuktian yang tinggi. Ketika kita berikrar
untuk siap menjadi duta al-azhar, secara tidak langsung, kita sudah
menghadirkan reflika al-Azhar dalam diri kita masing-masing. Bagaimana al-Azhar
dengan segala pergerakan keilmuannya? Bagaimana al-Azhar dengan segala miliu
kekuatan dakwahnya? Bagaimana al- Azhar dengan seluruh akhlak serta perangai
para ulamanya? Tentu hal ini sangatlah berat dan sulit untuk diaplikasikan.
Tapi, usaha untuk menjadikan “Duta al-Azhar yang hakiki” dalam diri para
alumni, tentu akan menular pada aliran semangat, pemikiran, dan perjuangan para
alumni untuk mewujudkan misi al-Azhar yang mulia ini.
Dan ikrar yang terakhir adalah ucapan
kesediaan untuk menjaga nama baik al-Azhar dikancah nasional dan internasional.
Ketika berbicara tentang al-Azhar, ketika sudah tidak lagi berbicara tentang
nuansa nasionalisai, tapi al-Azhar menghadirkan kekuatan internasionalisasi,
dimana seluruh dunia akan memandang dan memfokuskan tatapannya kepada para
alumni dari kiblatnya ilmu-ilmu keislaman ini.
Sejatinya, jika 267 wisudawan dan
wisudawati sungguh-sungguh berjuang untuk mengaplikasikan segala janji yang
terucap dan terikrar, maka dapat dipastikan, 267 kader bangsa ini mampu
menjadikan islam kokoh berdiri di bumi ibu pertiwi. Menjadikan islam lebih
terdengar gaungnya, menggema dalam segala pergerakkan para alumni al-Azhar yang
wasathy.
Semoga kepulangan 267 duta al-Azhar
ini, mampu meredam segala permasalahan dan konflik yang sedang merajalela dan mewarnai tanah air
yang mulia, Indonesia.
Moderasi Islami ala Mukhlis Hanafi
Penulis : Dr. Muchlis M. Hanafi, M.A
Penerbit : Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur'an
Tahun terbit : 2013
Jumlah halaman : 295 hlm
YA AHLU !
Sekedar sapa
Pada tikar kehidupan
Saksi diam sisa-sisa kematian
Pengurai dosa dan pahala
Sekedar sapa
Pada sang khalifah
Diturunkan sebagai hamba
Pemimpin dan pengikut
Hanya itu pilihannya
Sekedar sapa
Pada mesin robbani
Pengolah hitam dan putih
Indikator benar dan salah
Sekedar sapa
Pada segumpal darah
Atau apalah bentuknya
Konektor cinta alami surgawi
Sekedar sapa
Pada kumpulan galaksi
Dalam genggam tangan Ilahi
Apa manusia dengarkan
Seisi langit mencela memaki
Menistakan keagungan duniawi
INTAN MEMBANJIRI KINANAH
Mesir laksana intan yang cahayanya membiaskan
pantulan yang berbeda-beda dari segala sudut dan lekuk tubuhnya, ia merdeka
untuk dipandang dari berbagai macam sisi, ia akan selalu unik dan menggoda hati
setiap peliriknya. Mesir bagai lautan indah tak bertepi bagi para ahli sejarah, sebab negeri penguasa
sungai nil ini menampung ribuan prasasti
bersejarah mulai dari peradaban Dinasti Firauniyah hingga Perdaban Islam, Mesir
ibarat Surga bagi penuntut ilmu, karena didalam tubuhnyalah terdapat pusat peradaban keilmuan islam tertua dan terbesar yang masih
bertahan kokoh sampai sekarang, yakni
Universitas Al-Azhar Asy-syarif.
Setiap tahunnya Al-Azhar selalu kebanjiran
puluhan ribu pelajar yang menjejali kampusnya,mereka datang dari berbagai
penjuru dunia demi mengais “Harta karun” keilmuan Islam yang terpendam di bumi
para nabi ini. Dan merupakan sebuah nikmat tiada tara, kita termasuk dalam barisan
pengais harta karun tersebut.
Seorang pelajar harus cermat dan cerdas dalam
menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya, sebagai mahasiswa al azhar harus
selalu menyadari bahwa mempelajari ilmu-ilmu syar’i adalah tugas yang sangat mulia,
setiap usaha dan kerja kerasnya disetarakan dengan jihad, karena ialah yang
nantinya akan mengemban amanah tuk menebarkan benih-benih hidayah dan menjaga
agama dan umat dari pemikiran-pemikiran yang melenceng dan menyesatkan.
Mesir negeri yang bebas, maka masa depan kita
akan ditentukan oleh cara dan bagaimana kita menentukan pilihan, di Mesir
Firaun dan Musa selalu dan akan terus bertarung, ada individu, lembaga, kelompok,
organisasi Firaun, tetapi ada pula pengikut Musa, maka kita semestinya harus
cermat dan hati-hati dalam menentukan pilihan hidup. Hendaknya setiap dari kita
berusaha untuk menjadi mahasiswa ideal, yakni mahasiswa yang mampu
mempertahankan tujuan utamanya datang ke kairo ini, ia adalah pencari ilmu
bukan pemburu ijazah dan yang mampu menemukan jati dirinya dari proses
pembelajaran yang ia jalani.
Mari kita renungi kisah antara Imam Malik dengan
salah satu muridnya yakni Yahya al-Andalusy. Yahya al-Andalusy sengaja datang
dari spanyol ke madinah untuk berguru kepada Imam malik, pada suatu hari,
ketika terjadi dialog antara guru dan
murid-muridnya tiba tiba ada seekor gajah yang lewat, sehingga murid Imam malik
pergi meninggalkan beliau, untuk melihat gajah tersebut, kecuali Yahya al-Andalusy,
Imam Malik heran seraya bertanya wahai Yahya kenapa kamu tidak pergi melihat
gajah bersama teman-temanmu yang lain? Yahya menjawab “Ya Imam! saya sengaja
datang dari Spanyol ke Madinah untuk berguru kepadamu bukan untuk melihat gajah”.
Oleh karena itu untuk menyuburkan benih niat
mulia yang telah kita tanam,hendaknya kita mencari lingkungan dan kawan-kawan
yang mendukung kepada ilmu dan ketaqwaan, walaupun tidak mayoritas, walaupun
berat dan walaupun tidak populer, supaya tetap istiqomah agar kita mencari
kawan yang tidak mengajak pada kelalaian, meminjam pepatah arab “Shodiiquka man
abkaaka la man adhhakaka”. Agar tidak asal ikut–ikutan dan akhirnya jatuh ke
lubang penyesalan terdalam.
Namun jika seseorang sudah terlanjur jatuh, maka dia harus bangkit
dari lubang keterpurukan, walau susah dan payah, karena terlambat lebih baik
daripada tidak sama sekali, karena
memperbaiki diri dan mengakui kesalahan lebih baik daripada
menangis-nangisi segala sesuatu yang telah terjadi.
Saya ingin memberikan formula sederhana atau
obat penawar yang mungkin bermanfaat untuk kita semua,ada tiga cara yang mesti
kita tempuh demi merealisasi semua cita-cita sebagai seorang mahasiswa ideal ,
yang diidam-idamkan oleh keluarga, menyejukkan hati penduduk langit dan bumi
nantinya.
Pertama mulailah dari yang kecil (ibda’ bi
l-yasir), perkara-perkara ringan yang sekilas tampak remeh namun sebenarnya
mempunyai efek bola salju. Sampah yang bertumpuk dan merusak lingkungan berawal
dari puntung rokok atau bungkus kacang, korupsi milyaran bahkan trilyunan
bermula dari puluhan atau ratusan ribu rupiah. Orang yang menganggap enteng dan
terbiasa melakukan dosa-dosa kecil akan cendrung dan kelak berani melakukan
dosa-dosa besar. Sebaliknya, jika dia terbiasa dengan hal-hal yang baik, seperti
membaca buku, menulis, berdiskusi, menghafal al-Qur’an, terbiasa bersopan santun,
dan bertata krama yang baik semenjak masa kecilnya, nantinya segala hal-hal
yang baik itu akan terbawa dan menjelma menjadi watak bagi dirinya, hingga ia
beranjak dewasa, seperti kata pepatah “sedikit-sedikit lama-lama menjadi
bukit”.
Kedua, mulailah dari diri sendiri (ibda’
bi-nafsika), mulai dengan mendisiplinkan diri dalam beribadah, belajar, berkegiatan.
Umat Islam terdahulu menjadi bangsa yang disegani dan mampu membangun peradaban
gemilang dengan disiplin. Tak ada kemajuan tanpa kedisiplinan. Bangsa-bangsa
yang pernah kalah perang seperti jerman
dan jepang bisa bangkit dan maju karena disiplin, demikian pula Singapura, Korea dan Malaysia. Disiplin yang
bermula dari diri sendiri, kesadaran, kepatuhan dan kerja keras.
Ketiga, mulailah hari ini, sekarang juga
(ibda’i l- yawma). Perjalanan 1000 km berawal dari satu langkah, jangan pernah
takut melangkah, tidak ada gunung yang tidak dapat didaki, tak ada kesulitan
yang tak dapat diatasi, tidak ada yang mustahil diraih, jika prosudernya
diikuti. Man jadda wajada, Man saara ‘ala d-darbi washala, tidak ada
yang terlambat untuk meraih sukses dan kebaikan, mulai dari sekarang, saat ini,
hari ini juga.
Kamis, 04 Februari 2016
Apakabar Simposium
“Masa kini adalah masanya kita. Siapa yang diam, akan ditinggalkan dan dilupakan oleh sejarah. Hanya orang yang kritislah dan selalu bergerak yang dapat membuat perubahan...”(Quote)
Dinamika kegiatan di tengah kehidupan para masisir sangatlah beragam dan
bervariasi dari kegiatan PPMI, Wihdah, kekeluargaan, almamater hingga kegiatan
dengan skala kecil atau besar lainnya. Kali
ini masisir mendapatkan kesempatan yang sangat berharga dengan terpilihnya PPMI
Mesir sebagai “tuan rumah” perhelatan
akbar perkumpulan para perwakilan diaspora dunia yaitu Simposium Internasional
PPI Dunia VIII yang akan digelar di Kairo 2016. Direncanakan Simposium
Internasional PPI Dunia diadakan antara bulan Mei atau April selama 6 hari.
Simposium Internasional ini telah menjadi tranding topic di kalangan masisir khususnya dan mahasiswa
Indonesia dunia umumnya. Beberapa minggu lalu telah terbentuk panitia Simposium
Cairo 2016 yang diketuai oleh Saudara Imdad Azizi.
Kali ini kru Cakrawala mendapat kesempatan
mewawancarai Kak Imdad Azizi terkait Simposium Internasional Cairo 2016.
Cikal bakal diadakannya Simposium, sebelum namanya dibakukan adalah Internasional
Indonesian Scholars Association atau biasa disebut I-4
(red: I four), sebuah wadah perkumpulan para ilmuwan Indonesia baik
di dalam maupun di luar negeri pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2009
tercetuslah sebuah gagasan baru yaitu sebuah perhelatan akbar yang akan
mengundang seluruh pelajar delegasi dari setiap PPI dari negara tersebut untuk
hadir, kemudian membicarakan banyak hal terkait bangsa Indonesia dan hal-hal
yang kita dapat sumbangkan demi kemajuan Indonesia.
Bagaimana persiapan panitia dalam mempersiapkan acara Simposium PPI VIII?
Bagaimana persiapan panitia dalam mempersiapkan acara Simposium PPI VIII?
Sebelum go public panitia telah membentuk beberapa tim untuk mensukseskan
acara ini. Yang pertama adalah Tim Konseptor, terdiri dari para magister,
doktoral dan wartawan-wartawan senior seperti Pak Musthafa (KOMPAS), Pak Borjas
(RRI); mereka semua akan mencetuskan sebuah tema utama, kemudian dibagi lagi
menjadi beberapa sub tema yang akan dibahas dalam diskusi panel bersama
pemateri yang kompeten dalam bidangnya. Selanjutnya Tim Informasi, mereka
bergerak untuk mempublikasikan acara ini misalkan lewat video 'Cairo Says Hello' yang telah mencapai
16.000 jangkauan dan 4000 viewers dalam
kurun waktu seminggu, “Ini mengindikasikan bahwa masisir total dalam acara ini.
Dan kita; 3671 Masisir siap mesukseskan acara ini.” ujar Ketua Simposium meyakinkan.
Berbicara tentang tema, apa tema pada simposium kali ini dan kenapa
memilihnya? Lalu apa acara yang ada di dalamnya?
“Dari hasil rapat tim konseptor
tercetuslah tema ‘Memperteguh Identitas Bangsa Indonesia’. Ada beberapa poin
yang mejadikan alasan dipilihnya tema ini, kita sedang mencari bentuk sistem
perekonomian Indonesia yang sebenarnya. Apakah neokapitalis, sosialis atau
Islam. Kemudian secara beragama, menjawab tantangan radikalisasi dan
disintregrasi bangsa dan juga memperteguh nilai-nilai pancasila dalam bernegara
itu poin keduanya. Poin ketiganya adalah menumbuhkan kembali identitas bangsa
kita dengan memperkokoh empat pilar yaitu: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika,
NKRI dan UUD, selain itu juga mengurai sistem pendidikan di Indonesia.” tutur
beliau.
“Mengenai teknis acara kita konsep dengan mengadakan panggung
spektakuler outdoor dimana akan menghadirkan Zawin Stand Up Komedy dan
dijadwalkan pula Bapak Presiden Jokowi akan membuka acara Simposium ini.
Diadakan juga diskusi panel dengan pembicara-pembicara yang kompeten; target kita tentunya akan menjadiakan simposium terbaik
dari sebelum-sebelumnya.” jelas Kak Imdad melanjutkan.
Siapa saja yang akan hadir dalam acara Simposium Internasional ini?
Dijadwalkan tamu yang akan hadir diantaranya Bapak Presiden Joko Widodo,
Mendikbud Bapak Anis Baswedan, Direktur
Bank Dunia Ibu Sri Mulyani, Wali Kota Bandung Bapak Ridwan Kamil, Rizal Ramli,
K.H Said Aqil Siradj, Dr. Mahfud MD, Helmi Fauzi dan Prof .Dr Din Syamsudin.
Apa yang akan dihasilkan dari Simposium ini untuk
bangsa
Indoneisa?
Simposium Internasional PPI akan menghasilkan sebuah karya, bisa berupa piagam atau blue print dari hasil Musyawarah
PPI Dunia seperti Singapore Charter pada simposium sebelumnya yang nantinya
akan dikirim langsung ke pemerintah pusat. Di sini kita berpartisipasi
memberikan gagasan dan ide-ide demi kemajuan Ibu Pertiwi.
Apa manfaat Simposium Internasional PPI untuk Masisir sebagai tuan
rumah?
Manfaatnya sangatlah banyak, salah
satunya adalah mengangkat nama baik mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dalam
penyelenggaran acara ini. “Lewat amanah ini kita tunjukkan bahwa mahasiswa
Timur Tengah bukanlah mahasiswa santri yang sekadar memakai sarung dan membawa
kitab kemana-mana, namun kita pun bisa menjadi 'maha-santri berdasi', berakal
dan beraksi.” kata Kak Imdad. Selain itu dampaknya bagi masisir, bahwa mereka dapat dipertemukan dengan tokoh-tokoh besar
negara dimana kita dapat menimba ilmu dan pengalaman diacara ini, serta masih
banyak lagi manfaat lain bagi para masisir khususnya.
MENGUBAH NIAT MENJADI AKSI
Kemarin adalah pelajaran, hari ini adalah perjuangan, dan hari esok
adalah misteri yang tak dapat ditebak
dan tak dapat disibak. Dari misteri inilah Allah SWT menyuruh kita untuk
berlomba lomba dalam kebaikan serta
berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan harapkan. Semua
akan bermula dari niat yang tulus dalam menggapainya dan dari kesucian niat
inilah hamparan jalan akan terlihat. Akan tetapi apakah cukup dengan niat kita
dapat mengarungi luasnya lautan kehidupan? Tentu saja tidak, karena kita butuh
pewujudan dari apa yang kita niatkan. Niat adalah pijakan awal yang apabila
kita tidak mengambil pijakan dan langkah selanjutnya, kita hanya terdiam ditempat
dan tidak akan sampai pada tujuan.
Banyak dari kita, yang sering berniat dan berencana, namun tanpa hasil yang pasti.
Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh salah satu sifat buruk manusia yang
melekat pada individu yang akan menggiringnya kepada lingkaran kemalasan,
sehingga niat awal pun hanya menjadi “mission without action”, yaitu
gemar menunda-nunda pekerjaan. Padahal hakikatnya, jika suatu pekerjaan atau
aksi ditunda hingga esok hari, lusa dan seterusnya, maka motivasi dalam diri
kita untuk melakukan pekerjaan tersebut akan menurun, sampai akhirnya menjadi
terbengkalai. Meminjam pepatah arab yang artinya “Telur hari ini lebih baik
dari ayam esok hari” yang bermakna bahwa pekerjaan kecil yang dikerjakan pada
hari ini, akan jauh lebih baik dari rencana besar yang dilakukan esok hari,
karena kita manusia tidak akan pernah tahu kejadian apa yang akan terjadi di
kemudian hari, apakah kita masih memiliki waktu dan kesempatan untuk
menjalankannya?.
Sahabat-sahabat yang baik hati, pernahkah kalian mendengar kalimat “It
is now or never?”, lakukan sekarang atau tidak sama sekali! Banyak niat
atau rencana luar biasa yang tanpa kita sadari hal itu akan menjadi hasil yang
menakjubkan namun kita enggan untuk memulainya hanya karena hal itu adalah
suatu pekerjaan yang rumit. Sedangkan pada kenyataannya, hal yang rumit akan
menjadi lebih ringan apabila kita mau memulai sedikit demi sedikit dari hal
yang kecil.
Singkirkan rasa malas yang ada dalam hati!, karena musuh terbesar
seseorang mencapai keinginannya adalah kemalasan. Jika kemalasan timbul dalam
benak kita, segera lakukan tajdiidunniyah (Pembaharuan niat) dan
mulailah langkah awal pekerjaanmu!.
Allah SWT telah membekali umat manusia dengan akal dan
pikiran yang membuat kita menjadi makhluk yang sempurna dibandingkan dengan
makhluk yang lainya. Namun, yang akan membedakan suatu individu dengan yang
lainnya adalah bagaimana cara seseorang mengolah dan mempergunakan bekal yang
telah Allah berikan tersebut. Seperti halnya biji buah mangga yang akan sama
tampak luarnya namun yang membedakan rasa manis yang dihasilkan adalah
unsur-unsur dalam biji buah tersebut. Itulah manusia yang akan terlihat sama
dari luarnya, namun unsur-unsur yang ada dalam pikiran kita lah yang membedakan
kesuksesan masa depan kita.
Di era modern seperti sekarang ini, kekayaan yang paling dibutuhkan
oleh umat muslim bukanlah materi, melainkan ilmu, pola pikir, imajinasi,
semangat dan juga keyakinan terhadap masa depan. Apalagi kita para pemuda
pemudi penerus bangsa, jika bukan kita yang meneruskan estafet perjuangan
bangsa kita, lalu siapa lagi?.
Maka, mulailah langkahmu sekarang! karena niat yang hebat hanya
akan menjadi sebuah misteri yang tabu tanpa aksi yang nyata. Singkirkan kata
“nanti” dan dalam benakmu dan mulailah sekarang juga! Masa depanmu adalah
milikmu.
Pahatlah besar
didepan dahimu bahwa masa depanmu adalah milikmu, bukan sahabatmu apalagi orang
yang hanya mengetahuimu sekilas. Memang, tak bisa dipungkiri jika kita memiliki
keinginan yang besar serta niat yang tulus dalam menggapainya betapa banyak
orang yang hanya memandang remeh bahkan tidak sedikit yang dengan kata kata dan
perbuatannya menjatuhkan kita kedalam lubang keputusasaan. Tapi lihatlah!
Ocehan dan olokan itu menandakan bahwa kita jauh di depan mereka, janganlah
sampai kita berputus asa dengan apa yang mereka
katakan karena yakinlah Allah telah menuliskan kepada kita kesuksesan
yang nyata jika kita terus berusaha dan tidak berputus asa.
Langganan:
Postingan (Atom)