Jumat, 05 Februari 2016

CERMIN KESUKSESAN


         Ilmu adalah suatu kemuliaan  yang baik dihadapan manusia dan Allah Ta`ala. Setiap orang diharuskan untuk mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, karena dengan ilmu seseorang akan mendapatkan segala impian serta kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini Imam Ibnul Qayyim Al-jauziyyah memiliki perhatian yang serius dan bisa kita teladani dari keseriusan beliau terhadap Ibnu taimiyah hingga akhir hayatnya.
         Ibnul Qayyim mengawali pembelajarannya dari ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ismail bin Muhammad al-Harraniy, pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah. Sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H, pada masa itu Ibnul Qayyim sedang mengawali masa mudanya. Oleh karenanya, beliau benar-benar mereguk sumber ilmunya yang luas dari beliau.
          Beliau menyerap semua pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat, bahkan sampai menyebarkanluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karyanya. Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk diatas seekor unta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim dibebaskan dari penjara. Beliau sangat berpegang teguh pad prinsip, bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak akan pernah kembalii kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk pokok-pokok ajaran islam dan ilmu-ilmu Syari`ah dari sumbernya yaitu al-Qur`an dan al-Hadist.
         Oleh karena itu beliau berpegang teguh pada prinsip ijtihad serta menjauhi taqlid dan mengambil intisari hukum berdasarkan al-Qur`anul Karim, Sunnah Nabawiyah Syarifah, fatwa-fatwa shahih para sahabat serta semua yang telah disepakati oleh ulama terpercaya dan imam fiqih. Ibnul Qayyim benar-benar menyibukkan dirinya dengan ilmu dan ahli dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap  senantiasa mencari ilmu siang maupun malam dan terus banyak berdoa.
          Satu keharusan bagi para A`immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap Agama islam  untuk bertekad memerangi musuh Islam dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan hukum syari`ah, berpegang teguh kepada kitabullah dan sunnatur Rasulullah `alaihi wa sallam sebagai bentuk pengalaman dari Firman Allah Ta`ala:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَلِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ 
          "Dan kami turunkan az-Zikir (al-Qur`an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (al-Nahl : 44)
Juga Firman Allah Ta`ala:
وَمَاءَاتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاوَاتَّقُوْاللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُالْعِقَابِ

          “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya”. (al-Hasyr : 7)
          Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Ibnul Qayyim adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, paham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf “. Disisi lain Ibnu Katsir mengatakan, “Ibnul Qayyim adalah seorang yang bacaan al-Qur`an serta memiliki akhlaq mulia, pengasih, penyayang, tidak iri, dan dengki dan menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku` serta sujudnya hingga banyak diantara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming”.
          Sungguh Ibnul Qayyim mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang dekat dengan hati manusia, sangat dikenal, sangat cinta dengan kebaikan dan senang pada nasehat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar