Jumat, 05 Februari 2016

Wisudawan Universitas al-Azhar Berjanji


“...kami para wisudawan dengan ini berjanji :
1.    Menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
2.    Bertingkah laku mulia dalam berperangai ataupun kalimat.
3.    Siap menjadi duta Al- Azhar yang menyebarkan dakwah islam dan mengabdi kepada rakyat, bangsa, dan negara.
4.    Siap menjaga nama baik institusi Al- Azhar dikancah nasional dan internasiona.
Demikian janji ini kami ikrarkan, hanya kepada Allah kami memohon pertolongan.”

Tepat pada tanggal 20 Oktober 2015, gedung al-Azhar Conference Center (ACC) menjadi saksi berkumandangnya pembacaan ikrar janji 267 wisudawan dan wisudawati universitas al-Azhar  Cairo, Mesir. Terlihat senyum merekah dari setiap wajah para wisudawan dan wisudawati menggambarkan kebahagiaan dan kepuasan yang tak terkira harganya. Kebanggaan atas keberhasilan untuk meraih titel license, pasca sarjana, dan doktoral yang didapatkan setelah menempuh perjuangan yang teramat berat terbalaslah sudah, ketika nama mereka satu persatu disebutkan. Dan sekarang,  tugas sesungguhnya dari sebuah misi mulia yang disematkan kepada seluruh wisudawan dan wisudawati barulah dimulai.

Apa tugas dan misi sesungguhnya itu?
Ikrar atau janji yang diucapkan serentak oleh 267 wisudawan dan wisudawati sejatinya bukanlah ikrar biasa atau janji biasa. Ada kewajiban besar yang harus dilaksanakan 267 kader bangsa ini untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka ucapkan. Sungguh! Ini bukan janji biasa.
Merujuk pada firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: 122)   
   Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
            Berdasarkan ayat diatas, tertera dan tertulis secara jelas bahwa kita sebagai seorang penuntut ilmu yang mendapatkan kesempatan untuk mengambil dan mengkaji ilmu di pusatnya segala ilmu keislaman, memiliki tugas dan amanah yang besar untuk “tabligh” atau menyampaikan segala ilmu yang kita miliki kepada kaum kita masing-masing ketika kembali dari peraduan pencarian ilmu.
Ayat tersebut merupakan isyarat wajibnya pendalaman ilmu dan menyampaikannya kepada orang lain guna memahamkan segala ketidaktahuan karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang hal itu. Surah At-Taubah ayat 122 di atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Allah SWT “Seolah-olah” melarang kaum muslimin  ikut berperang semuanya, tetapi harus ada sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada usaha mendalami ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
Janji yang diucapkan harus berbanding lurus dengan paradigma yang menjadi landasan sebuah misi keislaman yang Azhary.
 Kondisi Islam di Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman adat juga istiadat didalamnya, tentu memerlukan sebuah kerangka pikiran yang tidak tajam ke salah satu sisi, dan tumpul pada sisi yang lainnya. Diperlukan dalam menanggulanginya seorang ulama yang intelek, yang mampu melihat sebuah permasalahan  dari sudut pandang yang berpusat pada Al-qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam mengambil sebuah pikiran, tindakan, dan keputusan, Tanpa dipengaruhi oleh kekuatan suatu paham tertentu, atau bahkan berbau politik.
Disinilah peran alumni Universitas Al- Azhar harus terlihat. Bahkan tidak hanya sekedar terlihat dalam bentuk sebuah reflika pemikiran dan peringatan, tapi harus terlihat dalam sebuah bentuk keefektifan konsep dan pergerakan yang lebih komplit. Pergerakan yang membawa misi lahiriah dan bathiniah yang jelas dalam segala aspek guna melebarkan sayap dakwah Islam.
            Alumni Al-Azhar diuji, tidak hanya menjadi pengamat dan pengkritik tanpa solusi, tapi menjadi sebuah benteng yang kokoh untuk mengawal keutuhan  dan kemurnian Islam. Dan Tentunya dengan ‘ulum dan manhaj yang telah diwariskan oleh ulama-ulama Azhari.
Ada beberapa hal yang tentunya harus diperhatikan oleh para alumni Al- Azhar yang akan kembali pulang ke Indonesia.
Mengutip pada ikrar pertama wisudawan yang telah dibacakan ketika resepsi wisuda, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, maka tugas pertama yang harus dilakukan adalah islah terhadap diri masing-masing. Memastikan diri sendiri sudah mampu dan konsekuen untuk menjalankan segala syariat Allah serta menjauhi segala hal yang diharamkannya. Karena dakwah memerlukan sebuah kesinambungan antara risalah yang disampaikan dan ilmu yang diamalkan.
Kemudian, ikrar kedua menyebutkan “Bertingkah laku mulia dalam berperangai dan kalimat”. Hal ini tentunya selaras dengan pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Adab dan perangai tentu menjadi ujung tombak sang pendakwah. Ketika adab dan perangai tidak sejalan dengan apa yang disampaikan, maka akan menjadi sebuah kerancuan yang sangat menonjol dalam alokasi misi dakwah. Karena sejatinya, adab di atas ilmu itu sendiri.
Siap menjadi duta Al-Azhar yang menyebarkan dakwah islam, dan mengabdi kepada rakyat, bangsa dan negara adalah ikrar ketiga yang memiliki tingkat pembuktian yang tinggi. Ketika kita berikrar untuk siap menjadi duta al-azhar, secara tidak langsung, kita sudah menghadirkan reflika al-Azhar dalam diri kita masing-masing. Bagaimana al-Azhar dengan segala pergerakan keilmuannya? Bagaimana al-Azhar dengan segala miliu kekuatan dakwahnya? Bagaimana al- Azhar dengan seluruh akhlak serta perangai para ulamanya? Tentu hal ini sangatlah berat dan sulit untuk diaplikasikan. Tapi, usaha untuk menjadikan “Duta al-Azhar yang hakiki” dalam diri para alumni, tentu akan menular pada aliran semangat, pemikiran, dan perjuangan para alumni untuk mewujudkan misi al-Azhar yang mulia ini.
Dan ikrar yang terakhir adalah ucapan kesediaan untuk menjaga nama baik al-Azhar dikancah nasional dan internasional. Ketika berbicara tentang al-Azhar, ketika sudah tidak lagi berbicara tentang nuansa nasionalisai, tapi al-Azhar menghadirkan kekuatan internasionalisasi, dimana seluruh dunia akan memandang dan memfokuskan tatapannya kepada para alumni dari kiblatnya ilmu-ilmu keislaman ini.
Sejatinya, jika 267 wisudawan dan wisudawati sungguh-sungguh berjuang untuk mengaplikasikan segala janji yang terucap dan terikrar, maka dapat dipastikan, 267 kader bangsa ini mampu menjadikan islam kokoh berdiri di bumi ibu pertiwi. Menjadikan islam lebih terdengar gaungnya, menggema dalam segala pergerakkan para alumni al-Azhar yang wasathy.
Semoga kepulangan 267 duta al-Azhar ini, mampu meredam segala permasalahan dan konflik  yang sedang merajalela dan mewarnai tanah air yang mulia, Indonesia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar