Minggu, 21 Februari 2016

"KEBENARAN YANG NYATA"

                                

Judul                   : الحقّ المبين في ردّ على من تلا عب بالدين
 Penulis                 : Dr Usamah Sayid al- Azhari
Tahun Terbit        :  2015 / 1436
Cetakan                : ke dua
Jumlah halaman  : 206 hlm
Penerbit               : DAR AL FAQIH

         Selama delapan puluh tahun  terakhir ini, kita disuguhkan banyak  pandangan keagamaan yang diniatkan untuk berkhidmah kepada syariah Islam ,dengan semangat memperjuangkannya dan untuk digenerasikan; Mereka menciptakan metode berfikir sendiri, menawarkan  dan menisbatkan pandangannnya terhadap syariat Islam. 

Jumat, 05 Februari 2016

CERMIN KESUKSESAN


         Ilmu adalah suatu kemuliaan  yang baik dihadapan manusia dan Allah Ta`ala. Setiap orang diharuskan untuk mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, karena dengan ilmu seseorang akan mendapatkan segala impian serta kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini Imam Ibnul Qayyim Al-jauziyyah memiliki perhatian yang serius dan bisa kita teladani dari keseriusan beliau terhadap Ibnu taimiyah hingga akhir hayatnya.

For You, Student

         Dalam lingkup perkuliahan, mahasiswa dituntut aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, bukan hanya aktif dalam kegiatan kelas, juga dituntut aktif dan andil dalam kegiatan di luar kelas, seperti kajian kajian ilmiah dan organisasi. Dalam perihal ini tidak bisa dipungkiri jika mahasiswa memiliki kesibukan yang tiada hentinya bahkan terkadang bertabrakan antara kegiatan satu dengan yang lainnya sehingga bukan hal asing lagi apabila banyak mahasiswa yang over schedule.

Manfaat Santan Kelapa


Buah kelapa memiliki banyak fungsi. Kita dapat mengkonsumsi dalam bentuk cair seperti air kelapa ataupun minyak kelapa, juga dalam bentuk padat seperti daging buah kelapa itu sendiri. Namun secara keseluruhan, tumbuhan kelapa ini dapat dimanfaatkan seutuhnya.

Kini Sastra Rapuh Lumpuh


            Indonesia telah merdeka, telah hilang tabir penghalang, pengekang jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia. Tidak cukup dengan  menciptakan kemerdekaan bangsa, dan tanah air, tetapi menelurkan pula jiwa yang bebas dinamis, realistis, dan revolusioner. serta memancarkan seni – sastra yang bernafaskan keindahan, melalui pengalaman jiwa,  mengalir didalamnya kebaikan, kesopanan, kearifan dan memegang teguh  masalah suluki, tarbawy, dan akhlaky.  sehingga mencapai nilai estetika yang tinggi.

Napak Tilas Coca cola

                Dr.John Stith Pemberton, seorang ahli farmasi  lokal dari Atlanta, AS. Ia adalah orang yang terobsesi menemukan obat sekaligus minuman yang bisa menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan.Percaya atau tidak, pada awalnya Dr.Pemberton  mengklaim bahwa bahwa Coca-cola mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti morphine addiction, dyspepsia, neurasthenia, sakit kepala, dan impotensi. Pada saat itu tanaman koka adalah tanaman yang sering digunakan di daerah Amerika Selatan dikarenakan kandungan daun coca yang mengandung alkaloid kokain (senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat), dasar bagi obat kokain yang merupakan stimulan kuat.
Selama masa itu, laporan tentang manfaat kesehatan dari tanaman coca (koka) telah banyak tersebar, Coca dikenal sebagai stimulan cocaine, dan juga memiliki sifat untuk melancarkan pencernaan. Angelo Mariani ialah seorang Korsika yang lebih dulu membuat anggur Coca yang disebut Vin Mariani, dan mendapatkan keuntungan yang sangat besar di Eropa.
Karna Termotivasi oleh keberhasilan Angelo, Dr.Pemberton muai bekerja untuk menemukan formula minuman yang memiliki ekstrak daun Coca dengan menghilangkan kandungan kokain didalamnya, lalu menkombinasikannya dengan ekstrak kacang Kola yang mengandung bahan Caffein yang digunakan dalam  formula, yang kemudian dikenal dengan sebagai formula rahasia, lalu keduanya dicampur dengan gula, air berkarbonisasi maka terlahirlah minuman Coca cola, yang diambil dari gabungan dua bahan utama pembuatan minuman ini  yaitu daun Coca dan kacang Kola, penggantian huruf ‘K’ pada Kola diganti dengan huruf ‘C’ agar lebih seirama.
Dia membuat resep pertamanya ke apotek Jacob untuk dijual pada 1886, dan mulai mempromosikannya, akan tetapi karena kurangnya keterampilan Pemberton dalam pemasaran Coca cola, pada 1887 ia menjual hak formula Coca cola ke Apoteker perusahaan Atlanta, Asa Candler, seharga $2.300. Sehingga Coke atau Coca cola telah menjadi minuman ringan yang laris dengan salah satu merknya yang paling berharga dan sukses dalam sejarah industri modern, meskipun mengkonsumsi berlebihan minuman berkarbonisasi (pembentukaan reaksi asam karbonat  dari hasil karbon dioksida yang dilarutkan) menimbulkan resiko kesehatan.
Dan ironisnya, Dr.Pemberton, meniggal 2 tahun setelah menciptakan minuman legendaris ini, dan tidak dapat menyaksikan Coca cola yang mulai melintasi berbagai perbatasan negara di awal abad 20.


Wisudawan Universitas al-Azhar Berjanji


“...kami para wisudawan dengan ini berjanji :
1.    Menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
2.    Bertingkah laku mulia dalam berperangai ataupun kalimat.
3.    Siap menjadi duta Al- Azhar yang menyebarkan dakwah islam dan mengabdi kepada rakyat, bangsa, dan negara.
4.    Siap menjaga nama baik institusi Al- Azhar dikancah nasional dan internasiona.
Demikian janji ini kami ikrarkan, hanya kepada Allah kami memohon pertolongan.”

Tepat pada tanggal 20 Oktober 2015, gedung al-Azhar Conference Center (ACC) menjadi saksi berkumandangnya pembacaan ikrar janji 267 wisudawan dan wisudawati universitas al-Azhar  Cairo, Mesir. Terlihat senyum merekah dari setiap wajah para wisudawan dan wisudawati menggambarkan kebahagiaan dan kepuasan yang tak terkira harganya. Kebanggaan atas keberhasilan untuk meraih titel license, pasca sarjana, dan doktoral yang didapatkan setelah menempuh perjuangan yang teramat berat terbalaslah sudah, ketika nama mereka satu persatu disebutkan. Dan sekarang,  tugas sesungguhnya dari sebuah misi mulia yang disematkan kepada seluruh wisudawan dan wisudawati barulah dimulai.

Apa tugas dan misi sesungguhnya itu?
Ikrar atau janji yang diucapkan serentak oleh 267 wisudawan dan wisudawati sejatinya bukanlah ikrar biasa atau janji biasa. Ada kewajiban besar yang harus dilaksanakan 267 kader bangsa ini untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka ucapkan. Sungguh! Ini bukan janji biasa.
Merujuk pada firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: 122)   
   Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
            Berdasarkan ayat diatas, tertera dan tertulis secara jelas bahwa kita sebagai seorang penuntut ilmu yang mendapatkan kesempatan untuk mengambil dan mengkaji ilmu di pusatnya segala ilmu keislaman, memiliki tugas dan amanah yang besar untuk “tabligh” atau menyampaikan segala ilmu yang kita miliki kepada kaum kita masing-masing ketika kembali dari peraduan pencarian ilmu.
Ayat tersebut merupakan isyarat wajibnya pendalaman ilmu dan menyampaikannya kepada orang lain guna memahamkan segala ketidaktahuan karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang hal itu. Surah At-Taubah ayat 122 di atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Allah SWT “Seolah-olah” melarang kaum muslimin  ikut berperang semuanya, tetapi harus ada sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada usaha mendalami ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
Janji yang diucapkan harus berbanding lurus dengan paradigma yang menjadi landasan sebuah misi keislaman yang Azhary.
 Kondisi Islam di Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman adat juga istiadat didalamnya, tentu memerlukan sebuah kerangka pikiran yang tidak tajam ke salah satu sisi, dan tumpul pada sisi yang lainnya. Diperlukan dalam menanggulanginya seorang ulama yang intelek, yang mampu melihat sebuah permasalahan  dari sudut pandang yang berpusat pada Al-qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam mengambil sebuah pikiran, tindakan, dan keputusan, Tanpa dipengaruhi oleh kekuatan suatu paham tertentu, atau bahkan berbau politik.
Disinilah peran alumni Universitas Al- Azhar harus terlihat. Bahkan tidak hanya sekedar terlihat dalam bentuk sebuah reflika pemikiran dan peringatan, tapi harus terlihat dalam sebuah bentuk keefektifan konsep dan pergerakan yang lebih komplit. Pergerakan yang membawa misi lahiriah dan bathiniah yang jelas dalam segala aspek guna melebarkan sayap dakwah Islam.
            Alumni Al-Azhar diuji, tidak hanya menjadi pengamat dan pengkritik tanpa solusi, tapi menjadi sebuah benteng yang kokoh untuk mengawal keutuhan  dan kemurnian Islam. Dan Tentunya dengan ‘ulum dan manhaj yang telah diwariskan oleh ulama-ulama Azhari.
Ada beberapa hal yang tentunya harus diperhatikan oleh para alumni Al- Azhar yang akan kembali pulang ke Indonesia.
Mengutip pada ikrar pertama wisudawan yang telah dibacakan ketika resepsi wisuda, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, maka tugas pertama yang harus dilakukan adalah islah terhadap diri masing-masing. Memastikan diri sendiri sudah mampu dan konsekuen untuk menjalankan segala syariat Allah serta menjauhi segala hal yang diharamkannya. Karena dakwah memerlukan sebuah kesinambungan antara risalah yang disampaikan dan ilmu yang diamalkan.
Kemudian, ikrar kedua menyebutkan “Bertingkah laku mulia dalam berperangai dan kalimat”. Hal ini tentunya selaras dengan pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Adab dan perangai tentu menjadi ujung tombak sang pendakwah. Ketika adab dan perangai tidak sejalan dengan apa yang disampaikan, maka akan menjadi sebuah kerancuan yang sangat menonjol dalam alokasi misi dakwah. Karena sejatinya, adab di atas ilmu itu sendiri.
Siap menjadi duta Al-Azhar yang menyebarkan dakwah islam, dan mengabdi kepada rakyat, bangsa dan negara adalah ikrar ketiga yang memiliki tingkat pembuktian yang tinggi. Ketika kita berikrar untuk siap menjadi duta al-azhar, secara tidak langsung, kita sudah menghadirkan reflika al-Azhar dalam diri kita masing-masing. Bagaimana al-Azhar dengan segala pergerakan keilmuannya? Bagaimana al-Azhar dengan segala miliu kekuatan dakwahnya? Bagaimana al- Azhar dengan seluruh akhlak serta perangai para ulamanya? Tentu hal ini sangatlah berat dan sulit untuk diaplikasikan. Tapi, usaha untuk menjadikan “Duta al-Azhar yang hakiki” dalam diri para alumni, tentu akan menular pada aliran semangat, pemikiran, dan perjuangan para alumni untuk mewujudkan misi al-Azhar yang mulia ini.
Dan ikrar yang terakhir adalah ucapan kesediaan untuk menjaga nama baik al-Azhar dikancah nasional dan internasional. Ketika berbicara tentang al-Azhar, ketika sudah tidak lagi berbicara tentang nuansa nasionalisai, tapi al-Azhar menghadirkan kekuatan internasionalisasi, dimana seluruh dunia akan memandang dan memfokuskan tatapannya kepada para alumni dari kiblatnya ilmu-ilmu keislaman ini.
Sejatinya, jika 267 wisudawan dan wisudawati sungguh-sungguh berjuang untuk mengaplikasikan segala janji yang terucap dan terikrar, maka dapat dipastikan, 267 kader bangsa ini mampu menjadikan islam kokoh berdiri di bumi ibu pertiwi. Menjadikan islam lebih terdengar gaungnya, menggema dalam segala pergerakkan para alumni al-Azhar yang wasathy.
Semoga kepulangan 267 duta al-Azhar ini, mampu meredam segala permasalahan dan konflik  yang sedang merajalela dan mewarnai tanah air yang mulia, Indonesia.  

Moderasi Islami ala Mukhlis Hanafi

                Judul                     : Moderasi Islam "Menangkal Radikalisai Berbasis Agama''
                Penulis                 : Dr. Muchlis M. Hanafi, M.A
                Penerbit              : Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur'an
                Tahun terbit       : 2013
                Jumlah halaman  : 295 hlm

YA AHLU !

Sekedar sapa
Pada tikar kehidupan
Saksi diam sisa-sisa kematian
Pengurai dosa dan pahala

Sekedar sapa
Pada sang khalifah
Diturunkan sebagai hamba
Pemimpin dan pengikut
Hanya itu pilihannya

Sekedar sapa
Pada mesin robbani
Pengolah hitam dan putih
Indikator benar dan salah

Sekedar sapa
Pada segumpal darah
Atau apalah bentuknya
Konektor cinta alami surgawi

Sekedar sapa
Pada kumpulan galaksi
Dalam genggam tangan Ilahi
Apa manusia dengarkan
Seisi langit mencela memaki
Menistakan keagungan duniawi








INTAN MEMBANJIRI KINANAH


Mesir laksana intan yang cahayanya membiaskan pantulan yang berbeda-beda dari segala sudut dan lekuk tubuhnya, ia merdeka untuk dipandang dari berbagai macam sisi, ia akan selalu unik dan menggoda hati setiap peliriknya. Mesir bagai lautan indah tak bertepi  bagi para ahli sejarah, sebab negeri penguasa sungai nil  ini menampung ribuan prasasti bersejarah mulai dari peradaban Dinasti Firauniyah hingga Perdaban Islam, Mesir ibarat Surga bagi penuntut ilmu, karena didalam tubuhnyalah terdapat  pusat peradaban  keilmuan islam tertua dan terbesar yang masih bertahan  kokoh sampai sekarang, yakni Universitas Al-Azhar Asy-syarif.
Setiap tahunnya Al-Azhar selalu kebanjiran puluhan ribu pelajar yang menjejali kampusnya,mereka datang dari berbagai penjuru dunia demi mengais “Harta karun” keilmuan Islam yang terpendam di bumi para nabi ini. Dan merupakan sebuah nikmat tiada tara, kita termasuk dalam barisan pengais harta karun tersebut.
Seorang pelajar harus cermat dan cerdas dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya, sebagai mahasiswa al azhar harus selalu menyadari bahwa mempelajari ilmu-ilmu syar’i adalah tugas yang sangat mulia, setiap usaha dan kerja kerasnya disetarakan dengan jihad, karena ialah yang nantinya akan mengemban amanah tuk menebarkan benih-benih hidayah dan menjaga agama dan umat dari pemikiran-pemikiran yang melenceng dan menyesatkan. 
Mesir negeri yang bebas, maka masa depan kita akan ditentukan oleh cara dan bagaimana kita menentukan pilihan, di Mesir Firaun dan Musa selalu dan akan terus bertarung, ada individu, lembaga, kelompok, organisasi Firaun, tetapi ada pula pengikut Musa, maka kita semestinya harus cermat dan hati-hati dalam menentukan pilihan hidup. Hendaknya setiap dari kita berusaha untuk menjadi mahasiswa ideal, yakni mahasiswa yang mampu mempertahankan tujuan utamanya datang ke kairo ini, ia adalah pencari ilmu bukan pemburu ijazah dan yang mampu menemukan jati dirinya dari proses pembelajaran yang ia jalani.
Mari kita renungi kisah antara Imam Malik dengan salah satu muridnya yakni Yahya al-Andalusy. Yahya al-Andalusy sengaja datang dari spanyol ke madinah untuk berguru kepada Imam malik, pada suatu hari, ketika terjadi  dialog antara guru dan murid-muridnya tiba tiba ada seekor gajah yang lewat, sehingga murid Imam malik pergi meninggalkan beliau, untuk melihat gajah tersebut, kecuali Yahya al-Andalusy, Imam Malik heran seraya bertanya wahai Yahya kenapa kamu tidak pergi melihat gajah bersama teman-temanmu yang lain? Yahya menjawab “Ya Imam! saya sengaja datang dari Spanyol ke Madinah untuk berguru kepadamu bukan untuk melihat gajah”.
Oleh karena itu untuk menyuburkan benih niat mulia yang telah kita tanam,hendaknya kita mencari lingkungan dan kawan-kawan yang mendukung kepada ilmu dan ketaqwaan, walaupun tidak mayoritas, walaupun berat dan walaupun tidak populer, supaya tetap istiqomah agar kita mencari kawan yang tidak mengajak pada kelalaian, meminjam pepatah arab “Shodiiquka man abkaaka la man adhhakaka”. Agar tidak asal ikut–ikutan dan akhirnya jatuh ke lubang penyesalan terdalam.
Namun jika seseorang  sudah terlanjur jatuh, maka dia harus bangkit dari lubang keterpurukan, walau susah dan payah, karena terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali, karena  memperbaiki diri dan mengakui kesalahan lebih baik daripada menangis-nangisi segala sesuatu yang telah terjadi.
Saya ingin memberikan formula sederhana atau obat penawar yang mungkin bermanfaat untuk kita semua,ada tiga cara yang mesti kita tempuh demi merealisasi semua cita-cita sebagai seorang mahasiswa ideal , yang diidam-idamkan oleh keluarga, menyejukkan hati penduduk langit dan bumi nantinya.
Pertama mulailah dari yang kecil (ibda’ bi l-yasir), perkara-perkara ringan yang sekilas tampak remeh namun sebenarnya mempunyai efek bola salju. Sampah yang bertumpuk dan merusak lingkungan berawal dari puntung rokok atau bungkus kacang, korupsi milyaran bahkan trilyunan bermula dari puluhan atau ratusan ribu rupiah. Orang yang menganggap enteng dan terbiasa melakukan dosa-dosa kecil akan cendrung dan kelak berani melakukan dosa-dosa besar. Sebaliknya, jika dia terbiasa dengan hal-hal yang baik, seperti membaca buku, menulis, berdiskusi, menghafal al-Qur’an, terbiasa bersopan santun, dan bertata krama yang baik semenjak masa kecilnya, nantinya segala hal-hal yang baik itu akan terbawa dan menjelma menjadi watak bagi dirinya, hingga ia beranjak dewasa, seperti kata pepatah “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”.
Kedua, mulailah dari diri sendiri (ibda’ bi-nafsika), mulai dengan mendisiplinkan diri dalam beribadah, belajar, berkegiatan. Umat Islam terdahulu menjadi bangsa yang disegani dan mampu membangun peradaban gemilang dengan disiplin. Tak ada kemajuan tanpa kedisiplinan. Bangsa-bangsa yang pernah kalah perang seperti  jerman dan jepang bisa bangkit dan maju karena disiplin, demikian pula  Singapura, Korea dan Malaysia. Disiplin yang bermula dari diri sendiri, kesadaran, kepatuhan dan kerja keras.
Ketiga, mulailah hari ini, sekarang juga (ibda’i l- yawma). Perjalanan 1000 km berawal dari satu langkah, jangan pernah takut melangkah, tidak ada gunung yang tidak dapat didaki, tak ada kesulitan yang tak dapat diatasi, tidak ada yang mustahil diraih, jika prosudernya diikuti. Man jadda wajada, Man saara ‘ala d-darbi washala, tidak ada yang terlambat untuk meraih sukses dan kebaikan, mulai dari sekarang, saat ini, hari ini juga.

Kamis, 04 Februari 2016

Apakabar Simposium


 
“Masa kini adalah masanya kita. Siapa yang diam, akan ditinggalkan dan dilupakan oleh sejarah. Hanya orang yang kritislah dan selalu bergerak yang dapat membuat perubahan...”(Quote) 
      Dinamika kegiatan di tengah kehidupan para masisir sangatlah beragam dan bervariasi dari kegiatan PPMI, Wihdah, kekeluargaan, almamater hingga kegiatan dengan skala kecil atau besar lainnya. Kali ini masisir mendapatkan kesempatan yang sangat berharga dengan terpilihnya PPMI Mesir sebagai tuan rumah perhelatan akbar perkumpulan para perwakilan diaspora dunia yaitu Simposium Internasional PPI Dunia VIII yang akan digelar di Kairo 2016. Direncanakan Simposium Internasional PPI Dunia diadakan antara bulan Mei atau April selama 6 hari.
       Simposium Internasional ini telah menjadi tranding topic di kalangan masisir khususnya dan mahasiswa Indonesia dunia umumnya. Beberapa minggu lalu telah terbentuk panitia Simposium Cairo 2016 yang diketuai oleh Saudara Imdad Azizi. Kali ini kru Cakrawala mendapat kesempatan mewawancarai Kak Imdad Azizi terkait Simposium Internasional Cairo 2016.
        Cikal bakal diadakannya Simposium,  sebelum namanya dibakukan adalah Internasional Indonesian Scholars Association atau biasa disebut I-4 (red: I four), sebuah wadah perkumpulan para ilmuwan Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2009 tercetuslah sebuah gagasan baru yaitu sebuah perhelatan akbar yang akan mengundang seluruh pelajar delegasi dari setiap PPI dari negara tersebut untuk hadir, kemudian membicarakan banyak hal terkait bangsa Indonesia dan hal-hal yang kita dapat sumbangkan demi kemajuan Indonesia.

Bagaimana persiapan panitia dalam mempersiapkan acara Simposium PPI VIII?
         Sebelum go public panitia telah membentuk beberapa tim untuk mensukseskan acara ini. Yang pertama adalah Tim Konseptor, terdiri dari para magister, doktoral dan wartawan-wartawan senior seperti Pak Musthafa (KOMPAS), Pak Borjas (RRI); mereka semua akan mencetuskan sebuah tema utama, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa sub tema yang akan dibahas dalam diskusi panel bersama pemateri yang kompeten dalam bidangnya. Selanjutnya Tim Informasi, mereka bergerak untuk mempublikasikan acara ini misalkan lewat video 'Cairo Says Hello' yang telah mencapai 16.000 jangkauan dan 4000 viewers dalam kurun waktu seminggu, “Ini mengindikasikan bahwa masisir total dalam acara ini. Dan kita; 3671 Masisir siap mesukseskan acara ini.” ujar Ketua Simposium meyakinkan.

Berbicara tentang tema, apa tema pada simposium kali ini dan kenapa memilihnya? Lalu apa acara yang ada di dalamnya?
          “Dari hasil rapat tim konseptor tercetuslah tema ‘Memperteguh Identitas Bangsa Indonesia’. Ada beberapa poin yang mejadikan alasan dipilihnya tema ini, kita sedang mencari bentuk sistem perekonomian Indonesia yang sebenarnya. Apakah neokapitalis, sosialis atau Islam. Kemudian secara beragama, menjawab tantangan radikalisasi dan disintregrasi bangsa dan juga memperteguh nilai-nilai pancasila dalam bernegara itu poin keduanya. Poin ketiganya adalah menumbuhkan kembali identitas bangsa kita dengan memperkokoh empat pilar yaitu: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD, selain itu juga mengurai sistem pendidikan di Indonesia.” tutur beliau.
      “Mengenai teknis acara kita konsep dengan mengadakan panggung spektakuler outdoor dimana akan menghadirkan Zawin Stand Up Komedy dan dijadwalkan pula Bapak Presiden Jokowi akan membuka acara Simposium ini. Diadakan juga diskusi panel dengan pembicara-pembicara yang kompeten; target kita tentunya akan menjadiakan simposium terbaik dari sebelum-sebelumnya.” jelas Kak Imdad melanjutkan.

Siapa saja yang akan hadir dalam acara Simposium Internasional ini?
        Dijadwalkan tamu yang akan hadir diantaranya Bapak Presiden Joko Widodo, Mendikbud  Bapak Anis Baswedan, Direktur Bank Dunia Ibu Sri Mulyani, Wali Kota Bandung Bapak Ridwan Kamil, Rizal Ramli, K.H Said Aqil Siradj, Dr. Mahfud MD, Helmi Fauzi dan Prof .Dr Din Syamsudin.

 Apa yang akan dihasilkan dari Simposium ini untuk  bangsa Indoneisa?
        Simposium Internasional PPI akan menghasilkan sebuah karya, bisa berupa piagam atau blue print dari hasil Musyawarah PPI Dunia seperti Singapore Charter pada simposium sebelumnya yang nantinya akan dikirim langsung ke pemerintah pusat. Di sini kita berpartisipasi memberikan gagasan dan ide-ide demi kemajuan Ibu Pertiwi.

Apa manfaat Simposium Internasional PPI untuk Masisir sebagai tuan rumah?
        Manfaatnya sangatlah banyak, salah satunya adalah mengangkat nama baik mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dalam penyelenggaran acara ini. “Lewat amanah ini kita tunjukkan bahwa mahasiswa Timur Tengah bukanlah mahasiswa santri yang sekadar memakai sarung dan membawa kitab kemana-mana, namun kita pun bisa menjadi 'maha-santri berdasi', berakal dan beraksi.” kata Kak Imdad. Selain itu dampaknya bagi masisir, bahwa mereka  dapat dipertemukan dengan tokoh-tokoh besar negara dimana kita dapat menimba ilmu dan pengalaman diacara ini, serta masih banyak lagi manfaat lain bagi para masisir khususnya.



MENGUBAH NIAT MENJADI AKSI


Kemarin adalah pelajaran, hari ini adalah perjuangan, dan hari esok adalah misteri  yang tak dapat ditebak dan tak dapat disibak. Dari misteri inilah Allah SWT menyuruh kita untuk berlomba lomba dalam kebaikan serta  berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan harapkan. Semua akan bermula dari niat yang tulus dalam menggapainya dan dari kesucian niat inilah hamparan jalan akan terlihat. Akan tetapi apakah cukup dengan niat kita dapat mengarungi luasnya lautan kehidupan? Tentu saja tidak, karena kita butuh pewujudan dari apa yang kita niatkan. Niat adalah pijakan awal yang apabila kita tidak mengambil pijakan dan langkah selanjutnya, kita hanya terdiam ditempat dan tidak akan sampai pada tujuan.
Banyak dari kita, yang sering berniat dan  berencana, namun tanpa hasil yang pasti. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh salah satu sifat buruk manusia yang melekat pada individu yang akan menggiringnya kepada lingkaran kemalasan, sehingga niat awal pun hanya menjadi “mission without action”, yaitu gemar menunda-nunda pekerjaan. Padahal hakikatnya, jika suatu pekerjaan atau aksi ditunda hingga esok hari, lusa dan seterusnya, maka motivasi dalam diri kita untuk melakukan pekerjaan tersebut akan menurun, sampai akhirnya menjadi terbengkalai. Meminjam pepatah arab yang artinya “Telur hari ini lebih baik dari ayam esok hari” yang bermakna bahwa pekerjaan kecil yang dikerjakan pada hari ini, akan jauh lebih baik dari rencana besar yang dilakukan esok hari, karena kita manusia tidak akan pernah tahu kejadian apa yang akan terjadi di kemudian hari, apakah kita masih memiliki waktu dan kesempatan untuk menjalankannya?.
Sahabat-sahabat yang baik hati, pernahkah kalian mendengar kalimat “It is now or never?”, lakukan sekarang atau tidak sama sekali! Banyak niat atau rencana luar biasa yang tanpa kita sadari hal itu akan menjadi hasil yang menakjubkan namun kita enggan untuk memulainya hanya karena hal itu adalah suatu pekerjaan yang rumit. Sedangkan pada kenyataannya, hal yang rumit akan menjadi lebih ringan apabila kita mau memulai sedikit demi sedikit dari hal yang kecil.
Singkirkan rasa malas yang ada dalam hati!, karena musuh terbesar seseorang mencapai keinginannya adalah kemalasan. Jika kemalasan timbul dalam benak kita, segera lakukan tajdiidunniyah (Pembaharuan niat) dan mulailah langkah awal pekerjaanmu!.
Allah SWT telah membekali umat manusia dengan akal dan pikiran yang membuat kita menjadi makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya. Namun, yang akan membedakan suatu individu dengan yang lainnya adalah bagaimana cara seseorang mengolah dan mempergunakan bekal yang telah Allah berikan tersebut. Seperti halnya biji buah mangga yang akan sama tampak luarnya namun yang membedakan rasa manis yang dihasilkan adalah unsur-unsur dalam biji buah tersebut. Itulah manusia yang akan terlihat sama dari luarnya, namun unsur-unsur yang ada dalam pikiran kita lah yang membedakan kesuksesan masa depan kita. 
Di era modern seperti sekarang ini, kekayaan yang paling dibutuhkan oleh umat muslim bukanlah materi, melainkan ilmu, pola pikir, imajinasi, semangat dan juga keyakinan terhadap masa depan. Apalagi kita para pemuda pemudi penerus bangsa, jika bukan kita yang meneruskan estafet perjuangan bangsa kita, lalu siapa lagi?.
Maka, mulailah langkahmu sekarang! karena niat yang hebat hanya akan menjadi sebuah misteri yang tabu tanpa aksi yang nyata. Singkirkan kata “nanti” dan dalam benakmu dan mulailah sekarang juga! Masa depanmu adalah milikmu.
            Pahatlah besar didepan dahimu bahwa masa depanmu adalah milikmu, bukan sahabatmu apalagi orang yang hanya mengetahuimu sekilas. Memang, tak bisa dipungkiri jika kita memiliki keinginan yang besar serta niat yang tulus dalam menggapainya betapa banyak orang yang hanya memandang remeh bahkan tidak sedikit yang dengan kata kata dan perbuatannya menjatuhkan kita kedalam lubang keputusasaan. Tapi lihatlah! Ocehan dan olokan itu menandakan bahwa kita jauh di depan mereka, janganlah sampai kita berputus asa dengan apa yang mereka  katakan karena yakinlah Allah telah menuliskan kepada kita kesuksesan yang nyata jika kita terus berusaha dan tidak berputus asa.


ILMU SALAF


Ilmu pengetahuan dimulai pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW  membangun peradaban islam dan ilmu pengetahuan.Beliau memberikan solusi berbagai masalah yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber langsung dari al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana Allah SWT berfirman dalam kalam-Nya:

وَاَنْزَلْنَا اِلَيْكَ الذِكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَاسِ مَا نُزِّلَ الَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ(النحل:٤٤)
Artinya: “Kemudian beliau pun mendirikan masjid dan menjadikannya sebagai pusat dakwah islam.

Kesuksesan Rasulullah SAW dalam membangun peradaban dan ilmu pengetahuan dilanjutkan oleh keempat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) dan pertumbuhannya masih berkisar pada ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah karena masih dekat dengan sumbernya, yaitu para sahabat Nabi yang sanadnya lansung pada Rasulullah SAW. Berikut ilmu-ilmu yang berkembang pada masa Khulafaur Rasyidin beserta tokoh-tokohnya:

1.    Tafsir Al-Qur’an  oleh Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah ibnu Ka’ab.
2.    Ilmu Hadits oleh Abdullah ibnu Mas’ud, Ma’qil bin Yasar, Ubadah ibn as-Samit, dan Abu Darda.
3.    Khat Al-Qur’an, ilmu ini muncul pada masa Abu Bakar RA saat pembukuan al-Qur’an.
4.    Ilmu Fiqih, Umar bin Khatab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud.
5.    Ilmu Nahwu, muncul pada masa Ali bin Abi Thalib.
6.    Ilmu Arsitektur oleh Utbah ibnu Gazwah dan Salman al-Farisi
7.    Ilmu Qiraat, ilmu ini muncul pada masa Khalifah Utsman bin Affan.

Peradaban ilmu pengetahuan tentu tidak berhenti pada masa Khulafaur Rasyidin, peningkatan peradaban dilanjutkan oleh Bani Umayyah, Bani  Abbasiyah dan seterusnya dengan bermunculan ilmu-ilmu agama lainnya seperti gramatika arab, filsafat, dan lain-lain.

Ketahuilah, ilmu adalah kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan adalah kematian dan kegelapan, semua keburukan bermuara pada tidak adanya kehidupan dan cahaya sedangkan semua kebaikan muncul dari kehidupan dan cahaya.