Ilmu adalah harta yang mulia, baik dihadapan Allah maupun manusia.
Setiap orang diwajibkan untuk mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, karena
dengan ilmu seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. ‘’Kanzun
fi Daraini’’ ilmu diibaratkan sebagai harta karun di dunia dan akhirat
kelak.
Sebagai para pecinta ilmu di negeri Kinanah, negeri bak
syurga para pemburu ilmu, tak asing lagi bagi kita bersua dengan harta karun (kutub
turats) yang mana harus kita dapati peta nya dengan didasari niat sang
pejuang ilmu Allah SWT. Imam Al-Ghazali sebagai ulama’ besar memiliki perhatian
yang serius terhadap para pecinta ilmu agar mereka tidak tersesat dan dapat
memanfaatkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu mereka dengan baik.
Berkaitan dengan hal ini Imam Al-Ghazali mewariskan pedangnya dalam
tuangan nasehat untuk para pejuang ilmu dalam bukunya yang berjudul ‘’Ayyuhal
Walad’’. Kitab ini merupaka kitab yang ringkas namun sarat akan makna.
Kitab ini adalah bentuk jawaban atas kegelisahan dan keraguan seorang muridnya
yang telah sekian lama mempelajari berbagai macam ilmu dari dirinya, akan
tetapi dengan berbagai ilmu dan pengalaman spiritual yang telah diperolehnya ia
masih merasa ragu terhadap dirinya akan kemanfaatan ilmu-ilmu tersebut. Kitab
ini dikenal juga dengan nama ‘’Ar-Risalah al-Waladiyah’’ yang aslinya
tertulis dalam bahasa persia.
Diantara nasehat Imam al-Ghazali kepada muridnya adalah Selalu
mengisi waktu dengan belajar dan beribadah kepada Allah SWT dan selalu mengamalkan
ilmu yang ia peroleh baik untuk dirinya maupun orang lain agar ilmu yang ia
dapatkan bermanfaat dan mendapatkan pahala dari Allah. Dalam beribadahpun Imam
al-Ghazali menambahkan penjelasannya bahwa seorang pencari ilmu harus beribadah
berdasarkan ilmu agar ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah SWT. Maka dari
itu seorang pencari ilmu harus memperbanyak bangun di tengah malam untuk
belajar dan solat tahajjud serta ibadah yang lainnya.
Sebagai masisir, kita memahami betul bagaimana gaya hidup negeri Cleopatra
ini, kitapun tidak memungkiri kehidupan malam yang begitu panjang terlebih di
musim panas. Para pecinta ilmu Allah SWT memiliki taktik gerilya sebagai salah
satu strateginya dalam mengalahkan musuh demi mencapai ilmu yang terbentang di
sepanjang Nil. Hendaklah kita menela’ah dan menerapkan suatu kebiasaan yang
positif sesuai dengan salah satu nasehat Imam Ghazali dalam belajar dan
beribadah.
Tertulis dalam bab lain pada kitab Imam Ghazali yang sedang kami
bahas, bahwa seorang yang berilmu terlihat dari tindakan dan ucapannya, maka
setiap ucapan dan tindakan tersebut harus sesuai dengan ketentuan syari’at,
karena ilmu dan amal yang tidak didasarkan kepada syari’at hanya akan
mengantarkan seseorang kepada kesesatan. Nau’udzubillah.
Selanjutnya Imam al-Ghazali mengatakan bahwa bagi setiap orang yang
menempuh jalan ibadah kepada Allah wajib menjalankan empat perkara. Empat
perkara tersebut adalah memegang keyakinan yang benar, melakukan taubat Nasuha,
mencari keridha’an, dan mempelajari ilmu syari’at yang bisa menjadi pedoman
untuk menjalankan perintah Allah dan ilmu lainnya yang bisa menyelamatkan diri.
Seseorang yang menempuh jalan ibadah kepada Allah harus memiliki
guru yang membimbing dan mendidiknya dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Oleh karena itu guru yang ia pilih harus yang meneladani perilaku Rasullullah
dan memiliki tingkatan Riyadhoh an-Nafs yang tinggi, yaitu tidah
berlebih-lebihan dalam hal makan, berbicara dan tidur serta selalu memperbanyak
ibadah sholat sunnah, shodaqoh, dan puasa sunnah.
Disamping itu, Imam Ghazali juga mengakatan bahwa seorang murid
harus memiliki adab atau etika yang luhur pada gurunya dengan senantiasa
memuliakan dan menghormati gurunya secara dhohir, batin.
Pada bagian akhir pembahasan kitab ini Imam Ghazali memberikan
delapan nasehat kepada para pecinta ilmu sebagai ringkasannya. Yang pertama
adalah tidak mengajak orang lain persoalan yang sudah dimengerti dan dipahami
dengan baik, karna hal ini akan menimbulkan unsur riya’, dengki, sombong, dan
permusuhan. Yang kedua adalah, hendaknya para pencari ilmu tidak
menasehati dan mengingatkan orang lain sebelum dia sendiri melakukannya, karena
hal ini merupaka bahaya yang besar.
Yang ketiga adalah, hendaknya para pencari ilmu tidak
terlalu sering bergaul dengan para pemimpin dan penguasa. Dan yang keempat,
hendaknya para pencari ilmu tidak menerima pemberian dari para penguasa
meskipun diketahui kehalalannya, karena hal ini akan menimbulkan sikap toma’
(berharap secara berlebihan). Nasehat kelima adalah, seorang pencari
ilmu harus selalu berinteraksi dengan Allah SWT (beribadah) secara baik dan
benar serta bisa mendapatkan ridlo Allah SWT. Selanjutnya yang keenam
adalah, memperlakukan orang lain dengan baik sepertihalnya memperlakukan
dirinya sendiri. Dan yang ketujuh adalah seorang pencari ilmu harus
banyak yang bisa membaca ilmu yang bisa memperbaiki hati dan mensucikan
jiwanya. Dipenghujung nasehat Imam Ghazali yang kedelapan, seorang
pencari ilmu tidak mengumpulkan harta dunia melebihi kadar kecukupan hidupnya.
Betapa indahnya ilmu di syurga para pecinta ilmu ini jika disertai
dengan peta yang menjadi pedoman arah pemanfaatan ilmu tersebut. Alangkah
baiknya kita mengkaji nasehat para ulama’ bagi para pencari ilmu dengan
semangat membaja, memperbanyak membaca, menggunakan umur dan waktu kita
semaksimal mungkin dan jihad hawa nafsu sehingga kita menjadi orang yang paling
pelit menyia-nyikan waktu. Nasehat tersebut bak siraman rohani kita agar tetap
istiqomah dan fi sabiilillahi hatta narji’a. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar