Rabu, 03 Februari 2016

Meluruskan Niat Belajar..


Oleh: Habib bin Ahmad al-Jawii

Dunia mahasiswa, tidaklah asing di hati seorang mahasiswa yang mana tujuan kedatangan kita sebagai mahasiswa tidak lain adalah menuntut ilmu, apalagi kuliah di luar negri, tapi sangat disayangkan, bahwa tidak sedikit dari kita yang lupa dan hilang dari tujuan mulia itu, tujuan biasa disebut sebagai niat, itulah awal mula dan pondasi awal dari menuntut ilmu,
Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mandapatkan (balasan) sesuai apa yang diniatkan, barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ke arah (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (harta atau kemegahan) Dunia yang dia inginkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (Dari shahabat Umar bin Khattab, diriwayatkan oleh al-Bukhory no. 1 dan Muslim no. 1907)
Al-Imam an-Nawawi menukilkan pendapat jumhur ulama yaitu, suatu amalan tidak akan dihisab bila tidak disertai niat (lihat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/62), seperti surat yang tertulis tanpa alamat tujuan yang tidak akan pernah sampai, bagaimana dengan seseorang yang memiliki niat yang salah dalam menunut ilmu?
 Diriwatkan oleh al-Imam Muslim –rahimahullah- dalam Shahih Muslim, Dari shahabat Abu Hurairah , Bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama yang akan dihisab pada hari kiamat adalah seorang yang berjihad … (hingga sabda beliau) dan seseorang yang belajar suatu ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Alquran, kemudian diberikanlah catatan amalannya, hingga dia mengakuinya, lalu Allah ta’ala bertanya: ‘Apa yang sudah kau lakukan atas nikmat-nikmat-Ku?’, Ia menjawab: ‘ Aku belajar dan aku mengajarkan apa yang aku dapat, serta membaca Alquran karena-Mu’ , Allah azza wa jalla menyanggah: ‘Engkau dusta, akan tetapi kau mencari ilmu agar disebut ‘Alim (orang berilmu), dan membaca Alquran agar disebut Qori’(orang yang membaca alquran dengan baik), dan manusia sudah menyebutmu demikian’, kemudian diperintahkan malaikat-Nya agar diseret wajahnya dan melemparkannya ke neraka,…”.
al-Imam an-Nawawi mengomentari hadist ini bahwa: “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap prajurit yang berperang, ‘alim, orang yang baik bacaan Qurannya, hukuman yang menimpa atas perbuatannya karena tidak ikhlas lillahi ta’alaa, dan masuknya mereka ke dalam neraka adalah dalil atas haramnya berbuat riya dan kerasnya hukuman pelaku riya, juga dalil hasungan atas wajibnya ikhlas dalam setiap amalan,” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 13/50).
Pentingnya meluruskan niat dan mengokohkannya karena menutut ilmu bagian dari ibadah, bahkan bagian dari jihad fii sabilillah, berkata al-Imam Sufyan bin Sa’id at-Tsaury –rahimahullah- : “ Tidak ada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu, jika niatnya benar (Jami’ Bayanil Ilm, Ibnu Abdil Barr al-Maliky, Hal.119).
 Bagaimana cara merealisasikan ikhlas lillah ta’alaa? Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkholi –hafidzohullah- menjawab; “Merealisasikan ikhlas karena Allah dengan cara menuntut ilmu, karena dengan menuntut ilmu akan mewariskan sikap ikhlas lillahi ta’ala,
Setiap kali seseorang banyak belajar, akan mewariskan daripadanya sikap khosyah (rasa takut yang diiringi dengan pengetahuan tentang Rabb azza wa jalla) dan khouf (rasa takut yang dimiliki keumuman orang) kepada Allah ta’ala, karena setiap kali ia menelaah ia akan menemukan sesuatu yang belum pernah ia temui sebelumnya, dan itu akan membawa pelakunya rasa bersungguh-sungguh bagi dirinya sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
Awal permulaan seseorang menuntut ilmu pada masa kecilnya, dan pada awal masa mudanya, pasti memiliki keinginan dari menuntut ilmu untuk menjadi ini dan itu, namun setelah dia membaca nash-nash (ayat-ayat Alquran dan sunnah) yang mengandung hasungan dan ganjaran pahala bagi orang yang ikhlas lillahi ta’ala, memperbanyak membacanya, menelaah kandungannya, maka Allah akan mewariskan sifat ini kepadanya, kemudian jika dia membaca nash-nash yang mengandung ancaman dan hukuman bagi orang yang menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala, dari apa yang sudah Allah siapkan bagi pelakunya dari adzab yang pedih dan siksa yang berat, maka dengan izin Allah  itu akan membawa pelakunya kepada sikap khouf dan khosyah kepada Allah azza wa jalla, dan inilah makna perkataan para imam-imam ahlus sunnah, seperti al-Imam Abdullah bin al-Mubarok, dan selainnya –rahimahumullah-;
“ Kami sebelumnya menuntut ilmu untuk kepentingan Dunia, maka ilmu itu menolak kecuali karena Allah”.
Ingin populer, ingin kedudukan dan lain sebagainya yang merupakan kepentingan dunia. Ketahuilah! Ilmu menolak itu, tetapi setiap kali seseorang menelaah ayat-ayat al-Quran, hadist-hadist Nabawiyyah dan tafsir-tafsirnya yang berkaitan dengan niat lillahi ta’ala, maka inilah yang akan mewariskan pelakunya sifat khouf dan khosyah kepada Allah azza wa jalla” (lihat http://ar.miraath.net/fatwah/10771)
Meluruskan niat memang bukan hal mudah. Agar senantiasa istiqomah dalam mempertahankan niatnya lillahi ta’ala, bahkan karena sulitnya meluruskan niat sampai-sampai al-Imam Sufyan ats-Tsauri –rahimahullah- berkata: “Tidak ada suatu perkara yang paling berat bagiku untuk aku obati daripada niatku, karena niat itu bisa berubah-ubah terhadapku” . (Hilyatul Auliya, 7/5 dan 62).
Semoga Allah ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang senantiasa istiqomah dalam meluruskan niat karena Allah ta’ala, semoga Allah menjadikan amalan ini hanya mengharap wajah-Nya, dan menjauhkan dari sifat riya dan ujub, sesungguhnya Allah Maha mendengar do’a yang dipanjatkan,
Wa sallallahu ‘alaa Muhammad wa ’alaa aalihi wa shohbihi ajma’in Wallahu a’lam bis showab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar